Advertorial
Intisari-Online.com – Bukan rahasia lagi bahwa gula dapat mendatangkan malapetaka pada tubuh jika kita terlalu banyak menikmati hal-hal yang manis-manis. Namun, 75 persen orang menikmatinya.
Efek berbahaya yang terjadi pada kesehatan fisik telah kita pelajari bersama-sama.
Itulah sebabnya mengapa kita harus mengurangi gula demi menurunkan berat badan dan menurunkan risiko penyakit.
Berikut ini adalah dampak gula terhadap kesehatan mental yang layak kita perhatikan kembali.
Meskipun sebagian orang dapat melalui gejolak perasaannya dengan ketidaknyamanan minimal, namun ada sebagian orang yang membayar mahal karena terlalu banyak mengonsumsi gula.
Mengonsumsi sejumlah besar gula dapat memicu persaan khawatir, lekas marah, dan sedih, yang bisa juga menjadi depresi atau kecemasan.
Tapi mengapa gula bisa menyebabkan masalah seperti itu?
Setelah makan terlalu banyak gula, tubuh melepaskan insulin untuk membantu menyerap kelebihan glukosa dalam aliran darah dan menstabilkan kadar gula darah. Bagus? Belum tentu.
Baca Juga : Gula Putih Vs Gula Aren, Mana yang Lebih Sehat untuk Kopi Anda?
Gejolak gula membuat tubuh bekerja keras untuk kembali ke tingkat normal.
Naik turunnya mood ini membuat kita merasa gugup, mudah tersinggung, gelisah, dan kehabisan tenaga.
Jika Anda mengalami kecemasan atau depresi, gejala-gejala itu kemungkinan besar sudah Anda tangani setiap hari.
Dan konsumsi gula akan memperburuk keadaan.
Jika mungkin tidak berurusan dengan kecemasan, maka konsumsi gula bisa membuat Anda mudah tersinggung, goyah, dan tegang, dan semua efek samping yang memperburuk kecemasan.
Bukan itu saja. Gula juga melemahkan kemampuan tubuh untuk merespons stres, yang memicu kecemasan dan mencegah Anda mengatasi penyebab stres.
Dan ketika Anda berurusan dengan depresi, terkadang makanan berfungsi sebagai obatnya.
Baca Juga : Ternyata Merah Putih Sudah Berkibar Sejak Masa Kerajaan Mataram dengan Sebutan Gula Kelapa, Ini Maksudnya
Tapi lingkaran setan mengonsumsi gula untuk mematikan emosi hanya akan membuat gejala kesedihan, kelelahan, dan keputusasaan semakin buruk.
Konsumsi makanan berlebihan gula memicu ketidakseimbangan dalam bahan kimia otak tertentu.
Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan depresi dan bahkan dapat meningkatkan risiko jangka panjang mengembangkan gangguan mental.
Bahkan, sebuah penelitian tahun 2017 menemukan bahwa pria yagn mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi (67 gram atau lebih) setiap hari, 23 persen lebih mungkin mengalami depresi klinis dalam lima tahun.
Mundur dari gula tidak menyenangkan. Dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti kecemasan, iritabilitas, kebingungan, dan kelelahan.
Ini telah mengarahkan para ahli melihat bagaimana gejala menarik diri dari gula dapat menyerupai obat-obatan tertentu.
Ketika seseorang menyalahgunakan obat, seperti kokain, maka mereka masuk ke keadaan penarikan psikologi ketika mereka berhenti menggunakannya.
Mereka yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi pada makanan mereka juga mengalami sensasi fisiologis penarikan ketika mereka tiba-tiba berhenti mengonsumsinya.
Para peneliti di UCLA menemukan bahwa diet tinggi fruktosa seperti soda, memperlambat otak, yang dapat menghambat memori dan belajar. Para peneliti menemukan bahwa gen di otak bisa rusak oleh fruktosa.
Ini dapat mempengaruhi memori dan pembelajaran dan bahkan bisa menyebabkan penyakit Alzheimer, diabetes, dan penyakit jantung.
Sumber utama fruktosa dalam makanan termasuk gula tebu (sukrosa) dan sirup jagung fruktosa tinggi.
Nah, tunggu apalagi, segera hentikan konsumsi gula.
Baca Juga : Benarkah Menambahkan Gula ke Sampo Membuat Rambut Menjadi Lebih Sehat?