Pada 2 Agustus seluruh kekuatan tempur Komando Mandala telah siap berkumpul di Daerah Kumpul (DK) 1 di Peleng, Banggai, Sulawesi Tenggara.
Tanggal 5 Agustus Panglima Mandala Mayjen TNI Soeharto tiba di DK-1 dan tentu saja memicu semangat para pasukan yang siap tempur.
Tapi kedatangan Panglima justru untuk menyampaikan keputusan hari H Operasi Jayawijaya diundur menjadi H+14.
Akibatnya memunculkan masalah baru bagi Komando Mandala khususnya ketersediaan logistik makanan.
Selama menunggu digelarnya Operasi Jayawijaya, pada 14 dan 15 Agustus, induk pasukan Komando Mandala melakukan latihan pendaratan terakhir dengan memilih lokasi di Tanjung Biak, selatan Peleng, sekitar 35 mil dari DK-1.
(Baca juga: Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta Jadi Kocar-Kacir Akibat Serbuan Pasukan Siluman di Siang Bolong)
Latihan difokuskan pada gerakan konvoi dan tabir, latihan istimewa karena sebelumnya tidak pernah dilakukan dengan memakai kekuatan penuh.
Namun Operasi Jayawijaya yang nyaris digelar akhirnya batal karena pada 20 Agustus 1962 telah dicapai kesepakatan penyelesaian secara damai dan gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia.
Rupanya militer Belanda menjadi ketakutan setelah mengetahui kekuatan tempur RI yang demikian besar serta semangat para prajurit RI begitu menyala-nyala.
Pertumpahan darah yang seharusnya terjadi dan bisa memakan korban ribuan prajurit RI pun bisa dicegah.
Para prajurit yang sudah pamitan kepada keluarganya untuk terkahir kalinya pun bisa pulang dengan selamat.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR