Saat menyerahkan Inggit ke Soekarno, Sanusi berpesan, "Cintailah Inggit dengan sungguh-sungguh dan jangan terlantarkan dia. Saya tidak senang, tidak rela kalau musti melihat Inggit hidup sengsara baik lahir maupun batin."
BACA JUGA: Inilah yang Akan Terjadi Jika Rutin Makan 6 Siung Bawang Putih Panggang Setiap Hari
BERJUALAN KUTANG
Bercerai dengan Sanusi dan menikahi Soekarno yang masih mahasiswa jelas menghadirkan tantangan tersendiri. Hidup dengan Soekarno berarti mesti berkesusahan dan jauh dari materi. Toh, Inggit tak gentar menghadapi itu semua.
Dia rela membanting tulang untuk mencari nafkah. Berbagai macam cara dilakukannya. Mulai dari menjahit pakaian, menjual kutang, bedak, rokok, meramu jamu, hingga menjadi agen sabun kecil-kecilan.
Tahun 1926 adalah momen membahagiakan Inggit. Sebab saat itu Soekarno sukses menamatkan kuliahnya. Perjuangannya tidak sia-sia. Namun perjuangan Inggit belum berakhir. Ini justru awal dari pejuangan yang lebih besar. Usai mengantongi gelar insinyur, Soekarno tidak mencari kerja yang bonafid, justru kian aktif di pergerekan dengan mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI).
Hati Inggit tak pernah berpaling. Dia selalu setia dan tak pernah lelah menyemangati Soekarno.Inggit selalu menyediakan semua hal yang dibutuhkan si Bung Besar. Pikiran Soekarno dibiarkan tercurah sepenuhnya untuk pergerakan perjuangan Indonesia, sementara Inggit senantiasa setia menjadi tulang punggung perekonomian mereka.
Tak jarang, Inggit mengepalkan uang untuk bekal Soekarno dalam perjuangannya. “Saat kelelahan, dia (Soekjarno) memerlukan hati yang lembut, tetapi sekaligus memerlukan dorongan lagi yang besar yang mencambuknya, membesarkan hatinya. Istirahat, dielus, dipuaskan, diberi semangat lagi, dipuji dan didorong lagi,” ucap Inggit.
BACA JUGA: Gaji Rp84 juta/Bulan Tapi Tidak Bisa Kaya, Itulah Fakta Rakyat Swiss
MELAYANI DARI LUAR PENJARA
Pada 29 Desember 1929, Soekarno dan Gatot Mangkoepradja ditangkap di rumah Mr Soejoedi, di Yogyakarta. Soekarno dibawa ke Penjara Banceuy sebelum dipindahkan ke Penjara Sukamiskin. Selama Soekarno di penjara, Inggit setia menempuh perjalanan sejauh 30km dari Ciatel ke Sukamiskin menjenguk Soekarno dengan berjalan kaki untuk mengirit ongkos. Inggit adalah sumber informasi dan pengamat jitu segala yang terjadi di luar bilik penjara.
Meski pemeriksaan ketat diberlakukan di sana, Inggit berhasil mengecoh sipir penjara dengan menggunakan telur rebus sebagai media komunikas. Telur tersebut telah ditandai dengan tusukan halus di luarnya. Satu tusukan berarti situasi aman. Dua tusukan artinya seorang kawan tertangkap. Tiga tusukan menandakan adanya penyergapan besar-besaran.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR