Advertorial

Anggotanya Tewas di Camp Chapman, Agen CIA di Afghanistan Jadi Makin Brutal

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Operasi intelijen sekaligus tempur di Afghanistan ternyata menjadi misi berdarah-darah bagi para personel agen rahasia AS, CIA.

Terbunuhnya delapan operator CIA yang bermarkas di Camp Chapman pada 30 Desember 2009 bahkan menjadi peristiwa paling berdarah bagi CIA selama 25 tahun beroperasi.

Selama beroperasi di Afghanistan, CIA membangun markasnya Camp Chapman di sebelah timur pusat kota Afghanistan, Khost.

Daerah bergunung-gunung ini telah lama menjadi pusat pergerakkan pejuang Taliban dan kelompok Al-Qaeda.

(Baca juga: (Foto) Detik-detik Dramatis saat Pesawat-pesawat Pengebom Ditembak Jatuh Musuh saat Perang Dunia II)

Tugas utama personel CIA yang bermarkas di Camp Chapman adalah mengoperasikan UAV yang rutin diterbangkan untuk menghantam target yang bersembunyi di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan.

Tapi markas CIA di Khost yang sangat menyolok itu ternyata mengundang maut ketika seorang pelaku pengebom bunuh diri bisa dengan mudah menyusup ke lingkungan Camp Chapman yang selalu dijaga superketat.

Pelaku pengebom bunuh diri yang berhasil menyusup ke Camp Chapman ternyata warga Yordania, Dr Humam Khalil Abu Mulal al Balawi (32) yang selama ini bertugas sebagai informan untuk CIA.

Pada sisi lain Balawi ternyata seorang simpatisan Al-Qaeda yang cukup fanatik (double agent).

Di negaranya, Balawi tinggal di kota Zarga yang juga merupakan tempat tinggal bagi tokoh pejuang militan Abu Muzab al Zargawi.

Aktivitas Balawi di Yordania seharusnya menjadi kecurigaan bagi CIA karena terlibat aktif dalam kelompok radikal garis keras.

Intelijen Yordania bahkan pernah menangkap Balawi tapi tidak memenjarakannya karena komitmen Balawi berprofesi sebagai tenaga medis demikian kuat.

Belakangan setelah menetap di Pakistan dan dipercayai pernah membangun kontak dengan kelompok Taliban Pakistan dan Al-Qaeda, CIA berhasil merekrut Balawi sebagai informan.

(Baca juga: (Foto) Operasi Plastik Tidak Seinstan yang Dibayangkan, Wanita Ini Menderita 3 Bulan Setelah Jalani Operasi)

Ketika menjalankan misi bom bunuh diri pada 30 Desember 2009, Balawi sudah beberapa kali mengunjungi Camp Chapman sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.

Maka ketika Balawi yang saat itu datang mengendarai mobil sedan bisa lolos dari penjagaan ketat di pintu gerbang.

Saat keluar dari mobil dan mendatangi 13 anggota CIA yang sedang berkerumun di samping ruang olahraga, tak seorang pun mencurigai gelagat buruk Balawi.

Apalagi saat itu para agen CIA sedang menunggu info keberadaan pimpinan senior Al-Qaeda, Avman al Zawahiri yang akan disampaikan oleh Balawi.

Tiba-tiba saja Balawi mengaktifkan detonator bom di tubuhnya yang kemudian meledak dahsyat diikuti tumbangnya sejumlah agen CIA.

Serangan telak dan mematikan di sarang CIA itu langsung mengguncang pemerintah AS, Yordania dan khususnya institusi CIA sendiri.

Direktur CIA saat itu, Leon Panetta melukiskan peristiwa serangan bom bunuh diri itu sebagai kehilanggan agen CIA terbesar dalam satu hari.

Selain itu aksi bom bunuh diri Balawi juga membuat posisi Al-Qaeda dan Taliban menjadi demikian kuat.

Apalagi Al-Qaeda dan Taliban saling mengklaim bahwa aksi bom bunuh diri Balawi merupakan “rencana besarnya yang sukses”.

Pemerintah AS kemudian mengirimkan agen CIA dan FBI untuk turun ke Khost dan melakukan penyelidikan tuntas atas musibah besar bagi dunia intelijennya itu.

Pemerintah AS juga meminta pemerintah Pakistan membantu penangkapan pemimpin Al-Qaeda yang berada di balik aksi bom bunuh diri mematikan itu.

Sementara Pemerintah Yordania yang dikenal kooperatif dengan AS langsung menolak bahwa Balawi merupakan warga Yordania dan juga bukan orang terkenal.

Intelijen Yordania memang bekerja sama dengan CIA, tapi cara kerjanya sangat rahasia sehingga sulit dibuktikan.

Kerjasama intelijen itu memang tak dapat disembunyikan karena salah satu korban bom bunuh diri Balawi di Camp Chapman, yakni Al Sharref Ali bin Zeid, adalah intelijen asal Yordania.

Yang jelas, akibat dari musibah di Camp Chapman, sepak terjang agen CIA khususnya pasukan paramiliter yang beraksi di Afghanistan menjadi makin brutal.

(Baca juga: Beginilah Cara Agen CIA Menginterogasi Korbannya dengan Cara Murah tapi Sangat Kejam)

Artikel Terkait