Advertorial

Sejarah Tanjakan Emen Punya Banyak Versi, Ini Jawaban Putra Mendiang Emen Tentang Kecelakaan Tersebut

Ade Sulaeman

Penulis

Asal usul nama Tanjakan Emen pun sudah diperbincangkan sejak lama oleh warga. Ada beberapa versi soal asal-usul nama Tanjakan Emen ini.
Asal usul nama Tanjakan Emen pun sudah diperbincangkan sejak lama oleh warga. Ada beberapa versi soal asal-usul nama Tanjakan Emen ini.

Intisari-Online.com - Kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang menewaskan 27 orang. Sedangkan 18 penumpang lainnya luka-luka.

Dikutip dari Tribun Jabar.com, Data tersebut diperoleh berdasarkan data dari RSUD Subang.

"Ada 27 orang yang meninggal dunia, 18 mengalami luka berada di IGD. Semuanya berasal dari penumpang bus," ujar Kasubbag Humas RSUD Subang, Mamat Budirakhmat kepada Tribun Jabar, di depan ruang jenazah RSUD Subang, Minggu (11/2/2018), pukul 03.40 WIB.

Menurut Mamat, ke-26 korban meninggal semuanya berasal dari Ciputat Timur, dan satu bersal dari Karawang.

(Baca juga: Mewahnya Pesta Pernikahan 10 Hari 10 Malam Anak Raja Tambang Batu Bara Kalimantan Ini! Mobil Pengantinnya Saja Seharga Belasan Miliar!)

Satu orang korban meninggal asal Karawang ini merupakan pengendara sepeda motor yang tertabrak bus.

Sementara itu, ada 10 orang mengalami luka ringan, dan delapan lainnya mengalami luka berat.

Korban rata-rata mengalami luka seperti patah tulang kaki, tangan, pinggul, serta luka berat di kepala.

Peristiwa kecelakaan ini tentu membuat geger banyak orang.

Memang, Tanjakan Emen memang terkenal karena sering terjadi kecelakaan di sana.

Bahkan ada pula yang mengaitkan segala peristiwa kecelakaan itu dengan hal yag berbau mistis.

Asal usul nama Tanjakan Emen pun sudah diperbincangkan sejak lama oleh warga.

Ada beberapa versi soal asal-usul nama Tanjakan Emen ini.

(Baca juga: Yang Konyol-Konyol di Perang Dunia II: Nazi Gelar Pesawat Palsu dari Kayu dan Sekutu Mengebomnya Dengan Bom Kayu)

Dikutip dari kotasuban.com, nama Emen diambil dari seorang nama kernet bus yang tewas karena kecelakaan yang terjadi sekitar tahun 1969.

Saat itu, bus bernama Bus Bunga mengalami mogok di tanjakan tersebut.

Emen sang kernet berusaha mengganjal ban, namun nahas remnya ternyata blong sehingga Emen terseret bus dan tewas.

Setelah kejadian itu, tanjakan tersebut dikenal dengan Tanjakan Emen.

Lalu, versi kedua, Emen adalah seorang korban tabrak lari di tanjakan itu.

Dalam mitos menceritakan mayat Emen bukanya ditolong, malah disembunyikan di dalam rimbunan pepohonan tersebut.

Sejak saat itulah arwah Emen dipercaya menuntut balas.

Versi yang ketiga, dikisahkan bahwa dulu Emen adalah seorang sopir oplet Subang – Bandung.

Nahas bagi Emen ketika itu tahun 1964 oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar.

Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian, dan sejak saat itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan Emen.

Berdasarkan hasil penelusuran hingga ke keluarga Emen dapat diketahui ternyata versi yang terakhir yang mendekati kebenaran.

Wahyu, pria yang mengaku anak dari Emen membenarkan peristiwa itu, namun ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan oleh arwah Emen yang gentayangan.

“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.

“Waktu itu saya berusia kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang – Bandung, ketika itu kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,” lanjutnya.

Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.

Di balik mitos yang berseliweran itu, kenyataannya kalau kondisi Tanjakan Emen memang rawan terjadi kecelakaan.

Kondisi tanjakan emen sepanjang 2-3 km ini sangatlah ekstrim, memiliki kemiringan 40-50 derajat dan memiliki tikungan – tikungan tajam, hal ini tentunya akan menyulitkan bagi yang kurang piawai memegang kemudi.

Untuk itu, sebaiknya setiap pengendara yang melintas harus ekstra hati-hati dan jangan lupa berdoa di sepanjang perjalanan. (TribunnewsBogor.com/Yudhi Maulana Aditama)

(Baca juga: (Foto) Kreatif Tapi Jangan Ditiru! Pasangan Ini Sembunyikan Rumah di Balik 'Pintu Garasi' Demi Hindari Pajak)

Artikel ini sudah tayang di tribunnews.com dengan judul “Wahyu, Putra Emen Ceritakan Kecelakaan Ayahnya di Tanjakan Emen Saat Kendarai Oplet Tahun 1964

Artikel Terkait