Advertorial

Hideki Tojo, Hitler-nya Jepang yang Gagal Mati Terhormat dengan Bunuh Diri, Tapi Malah Dihukum Mati

Ade Sulaeman

Editor

Dalam politik luar negeri, Tojo dikenal karena sikapnya yang kaku dan bermusuhan, sehingga semakin memastikan kecenderungan untuk bertabrakan dengan AS.
Dalam politik luar negeri, Tojo dikenal karena sikapnya yang kaku dan bermusuhan, sehingga semakin memastikan kecenderungan untuk bertabrakan dengan AS.

Intisari-Online.com - Hideki Tojo dikenal sebagai jenderal yang beralih menjadi pemimpin politik Jepang dan ikut bertanggung jawab atas pecahnya Perang Pasifik.

Tojo dilahirkan di Iwate pada 30 Desember 1884 sebagai anak seorang jenderal.

Karena itu tak mengherankan bila Tojo dari mula tertarik kehidupan militer. Ia masuk ke Akmil Jepang lulus tahun 1905.

Karirnya dalam kemiliteran antara lain pernah menjadi asisten atase militer Jepang di Jerman, memimpin biro mobilisasi tentara, dan komandan resimen.

(Baca juga: Aktor Advent Bangun Meninggal, Karateka Tulen yang Pernah Dikeroyok 30 Preman)

Tatkala berpangkat mayjen dan menjadi Wakil Komandan Akmil terjadilah “Insiden Akmil” (November 1943), yakni usaha kudeta yang gagal dari para taruna yang ekstrem.

Namun karir Tojo menanjak cepat. Ia menjadi Kepala Staf Tentara Kwantung (Kwantung Army) yang berhadapan dengan tentara China dalam perang yang pecah pada 1937.

Akan tetapi keterlibatannya itu merupakan satu-satunya pengalaman tempurnya, karena Tojo kemudian diangkat sebagai Wakil Menteri urusan Angkatan Darat (AD).

Tojo juga menjadi pelopor dalam merekatkan hubungan Jepang dengan kekuatan poros Jerman-Italia.

Ia memang termasuk tokoh penganut paham ekspansionisme yang agresif di lingkungan AD.

Jenderal Tojo diangkat sebagai PM dengan anggapan ia merupakan perwira yang mampu mempersatukan AD dalam situasi internasional yang kian memanas.

Dalam politik luar negeri, Tojo dikenal karena sikapnya yang kaku dan bermusuhan, sehingga semakin memastikan kecenderungan untuk bertabrakan dengan AS.

Sebagai PM di masa perang, ia juga sering merangkap jabatan sebagai Menlu, Menteri Pendidikan, Menteri Perdagangan dan Industri, dan lain-lainnya.

(Baca juga: (Foto) Inilah 6 Kejadian Mengerikan yang Pernah Tertangkap Oleh Kamera 'Drone', Termasuk Saat Seseorang Dipenggal)

Tetapi ketika Saipan jatuh ke tangan pasukan AS pada Juli 1944 dan kondisi kemiliteran Jepang mulai keteter, ia dilepaskan dari jabatannya dan ditempatkan sebagai cadangan.

Setelah Jepang menyerah, ia mencoba bunuh diri namun masih dapat diselamatkan.

Ia dihukum mati sebagai penjahat perang dan digantung tahun 1948.

Jenderal Hideki Tojo yang oleh orang Amerika sering disamakan sebagai “Hitlernya Jepang” sebetulnya tidaklah tepat.

Pasalnya Tojo seorang birokrat yang tak punya visi luas dan jauh ke depan.

Sebagai seorang strategis, ia gagal melihat potensi AS untuk melakukan perang jangka panjang, yang kemudian terbukti dengan hancurnya Jepang sendiri.

(Baca juga: Tak Hanya Emen, 7 Tanjakan Maut Ini Dianggap Paling Berbahaya di Indonesia dan Tak Jarang Memakan Korban Jiwa)

Artikel Terkait