Bisa ditebak, Soeharto langsung murka membaca berita tersebut. Tiada ampun, setelah ulahnya itu, POP pun dilarang terbit.
(Baca juga: Pak Harto, Anak Tukang Judi dengan Masa Kecil yang Buram)
Versi kedua menyebut Soeharto sebagai anak hilang yang tidak ditemukan oleh orang tuanya.
Bahkan ada versi yang lebih ekstrem menyebutnya sebagai anak tidak sah.
Konon, seorang berpangkat atau seorang pedagang keliling keturunan Tionghoa menyerahkan Soeharto kepada seorang penduduk desa.
Keterangan versi kedua ini disampaikan oleh Mashuri SH, tetangga Mayjen Soeharto di Jln. Haji Agus Salim pada tahun 1965, dan mantan Menteri Penerangan pada era Orde Baru. Ini bisa dilacak di buku Suharto: Sebuah Biografi Politik karya R.E. Elson yang terbit tahun 2005.
Silsilah versi ketiga, Soeharto disebutkan sebagai anak seorang petani asal Kemusuk.
Versi inilah yang disampaikan Soeharto dalam konferensi pers di Bina Graha, tanggal 28 Oktober 1974. Cerita paling akhir ini tegas-tegas membantah cerita versi pertama dan kedua.
Menurut Soeharto, ia adalah putra dari ayah dan ibu yang berasal dari desa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta. Kedua orang tuanya tidak pernah meninggalkan desa mereka.
Soeharto juga meralat nama ibunya, bukan Fatimah seperti ditulis dalam buku "Roeder The Smiling General", 1969. Yang benar adalah Sukirah.
(Baca juga: Meski Tampan dan Rupawan, Nyatanya Pak Harto Tak Jago-jago Amat dalam Urusan Asmara)
Saya sendiri melihat, versi pertama (bahwa Soeharto keturunan bangsawan) dan versi kedua (Soeharto anak hilang atau anak tidak sah) tidak didukung oleh dokumen-dokumen yang sahih.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR