Advertorial

Kunjungan Presiden ke Afghanistan, Antara 'Kenekatan' Jokowi dan Profesionalisme Paspampres

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Sejumlah Presiden AS seperti George Bush dan Barrack Obama pernah mengunjungi Afghanistan secara rahasia untuk memberi semangat kepada pasukan AS yang sedang bertempur di Afghanistan.

Tapi kunjungan Presiden AS ke Afghanistan itu sangat dirahasiakan dan tertutup serta hanya orang-orang tertentu saja yang tahu.

Tujuan kerahasiaan itu adalah demi menjamin keselamatan Presiden AS.

Kunjungan Presiden AS itu tentu saja sangat berbeda jauh dibandingkan saat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) beserta rombongan “nekat” berkunjung ke Afghanistan secara resmi pada Senin (29/1/2018).

(Baca juga: Daripada Ditangkap dan Disiksa, Banyak Mantan Anggota Tjakrabirawa yang Lari ke Thailand untuk Jadi Biksu dan Petani)

Sebelum berkunjung ke Afghanistan, Presiden Jokowi yang bertolak dari Bangladesh mengumumkan niat berkunjung itu secara terang-terangan.

Presiden Jokowi bahkan masih menegaskan niat kunjungannya ke Afghanistan itu meskipun menjelang kunjungan Presiden RI ketujuh itu, serangan bom mobil telah melanda Aghanistan dan menewaskan lebih dari 100 orang.

Ada alasan psikologis kenapa Presiden Jokowi harus berkunjung ke Afghanistan yang membutuhkan mental dan keberanian luar biasa itu.

Pertama, sebagai orang Jawa, Jokowi merasa sayang jika tidak “mampir” ke Afghanistan mengingat jarak antara Bangladesh dan Afghanistan sudah tidak jauh lagi.

Kedua, sepak terjang Jokowi dalam melaksanakan tugas kepresidenannya sangat terinspirasi oleh sepak terjang yang pernah dilakukan oleh Presiden Soekarno (Bung Karno), yang selalu gigih mengkampanyekan perdamaian dunia.

Bung Karno secara relegius memilik prinsip “jika Tuhan sedang berkehendak memakai saya, maka saya akan selalu dilindungi dan selamat”.

Selain itu, Bung Karno juga pernah berkunjung ke Afghanistan pada bulan Mei tahun 1961.

Kunjungan Presiden Jokowi ke Afghanistan boleh dikata “meniru cara-cara Bung Karno” baik secara prinsip untuk memperjuangkan perdamaian dunia maupun keyakinan Jokowi akan Tuhan yang “sedang memakai dan melindungi dirinya”.

(Baca juga: Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak)

Dengan prinsip seperti itu maka secara psikologis Presiden Jokowi yakin akan aman saat berkunjung ke negara yang sedang dilanda konflik serta sangat rawan dari sisi keamanan itu.

Keyakinan bahwa dirinya akan aman “karena Sing Kuasa (Yang Kuasa) selalu melindungi” bahkan ditunjukkan Jokowi dengan cara menolak rompi peluru yang harus dikenakannya.

Di bawah pengawasan pasukan Koalisi AS, kunjungan seorang pejabat seperti Presiden ke Afghanistan sesuai standar keamanan memang harus memakai rompi antipeluru.

Tapi dengan enteng Jokowi ternyata menolak mengenakan rompi anti peluru yang beratnya lebih dari 5 kg itu.

Paspampres Senam Jantung

Tapi sesungguhnya Presiden Jokowi yang merasa yakin bahwa rombongannya akan aman ketika berkunjung ke Afghanistan sebenarnya telah membuat pasukan Paspampres senam jantung.

Pasalnya bagi Paspampres mereka tidak memiliki doktrin “yakin aman”.

Pasalnya doktrin sesungguhnya Paspampres dalam tugas mengawal Presiden RI adalah jika kondisi tampak sangat aman justru sedang potensi munculnya ancaman.

Untuk mengamankan Presiden Jokowi dan rombongan yang sedang berkunjung ke Afghanistan memang tidak mudah dan membutuhkan mental baja dan strategi khusus.

Secara mental, TNI (ABRI) khususnya para agen intelijennya sebenarnya pernah melakukan penerbangan rahasia ke Afghanistan pada bulan Februari 1981.

Tujuan penerbangan rahasia itu adalah untuk mengirimkan persenjataan bagi pejuang Mujahidin, Afghanistan yang sedang berperang melawan pasukan Rusia (Uni Soviet).

Penerbangan rahasia menggunakan pesawat komersil jenis Boeing 737 yang dikamlufase sebagai pesawat pengangkut obat-obatan itu ternyata berlangsung sukses dan ribuan senjata AK-47 pun berhasil diterima para pejuang Mujahidin.

Dengan modal pengalaman dan mental “berani mati” itu maka pasukan Paspampres pun berupaya keras melakukan pengamanan bekerja sama dengan pasukan keamanan Afghanistan.

Selain itu pasukan Paspampres tentunya juga sudah mempelajari bahwa kultur orang Afghanistan kendati sedang dalam kondisi perang ternyata sangat menghargai tamu.

Misalnya pasukan lawan yang diserang sedang kehadiran tamu, serangan itu otomatis berhenti sebelum tamu yang bersangkutan pergi.

Apalagi tamunya merupakan orang yang sama-sama muslim.

Namun sesungguhnya potensi ancaman yang bisa terjadi pada Presiden Jokowi dan rombongan sangat tinggi .

Apalagi para pejuang Taliban dan anggota al Qaeda yang berada di Afghanistan sudah membuktikan bisa menyerang kapan saja obyek-obyek vital di Afghanistan.

Bersamaan kunjungan Presiden Jokowi, kelompok Taliban bahkan unjuk gigi dengan cara menyerang markas Akademi Militer Afghanistan.

Taliban dari segi persenjataan juga memiliki semua senjata-senjata canggih untuk menyerang sasaran dari jarak jauh.

Misalnya dengan menggunakan rudal panggul jenis Stinger yang dahulu merupakan bantuan AS kepada Mujahidin.

Atau menggunakan senjata penangkis serangan udara yang cukup mudah ditemukan di pasar gelap perbatasan Afghanistan- Pakistan.

Paspampres memang telah melakukan sistem pengamanan maksimal di Afghanistan baik bagi tim aju (advance team) yang lebih dahulu tiba di Afghanistan maupun Paspampres yang melekat pada diri Presiden Jokowi.

Taktik mengamankan presiden Jokowi bahkan telah dilakukan sejak dari pesawat kepresidenan khususnya ketika saat mau mendarat atau take off dari Aghanistan.

Para pilot pesawat kepresiden adalah pilot-pilot tempur TNI AU yang masih aktif dan merupakan pilot-pilot terbaik demikian pula para awaknya.

Para pilot kepresiden juga sudah terlatih baik dan paham untuk menghindari potensi bahaya dari darat serta udara melalui teknik manuver penerbangan.

Intinya Presiden Jokowi suskes berkunjung ke Afghanistan mencerminkan profesionalisme Paspampres yang bisa bekerja sama dengan aparat keamanan Afghanistan secara optimal.

Di sisi lain Afghanistan yang saat ini terkesan sebagai negara penuh teror ternyata menunjukkan niat damainya ketika dikunjungi Presiden Jokowi sekaligus masih sangat menghargai tamu “pembawa perdamaian”.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sendiri merasa sangat tercengang dan sekaligus salut atas keberanian Presiden Jokowi berkunjung ke Afghanistan.

Maka Jokowi pun berhak mendapat penghargaan tertinggi dari Presiden Afghanistan, yakni “Medal of Ghazi Amanullah”.

Penghargaan tertinggi yang diberikan bagi pejuang yang gigih mengkampayekan perdamaian itu tentu saja tidak hanya untuk Presiden Jokowi.

Tapi juga bangsa Indonesia, dan khususnya Paspampres serta awak pesawat kepresidenan yang telah sukses mengamankan Presiden hingga tiba selamat ke Tanah Air.

(Baca juga: Sepertinya Indonesia Belum Siap Menerima Orang Super Cerdas, Buktinya 'Anak Ajaib' dari Surabaya Ini Justru Pernah Dibawa ke Dokter Jiwa)

Artikel Terkait