Intisari-Online.com - Belantika musik dunia kembali dihampiri berita duka.
Vokalis The Cranberries Dolores O’Riordan ditemukan meninggal pada Selasa (16/1) dini hari WIB di hotel London Hilton.
Belum jelas apa penyebab kematiannya, tapi menurut kabar yang beredar, Dolores disebut mengidap bipolar sebelum kematiannya.
Lepas dari kematiannya, bipolar disorder tak bisa dianggap sebelah mata. Diperlukan cara khusus untuk menangani pasien gangguan ini.
Kepada penderita bipolar, psikiater biasanya meresepkan obat mood stabilizer, seperti lithium atau valpvoate.
(Baca juga: Carrie Fisher: Antara Bipolar, Depresi, dan Kokain)
(Baca juga: Menghadapi Gangguan Bipolar ala Penyanyi Demi Lovato)
Kerja kedua obat ini memperbaiki permeabilitas membran otak.
Sedangkan valproate, yang aslinya obat anti kejang, bekerja pada sistem glutamic acid.
Pengobatan biasanya berlangsung lima tahun dan akan sulit dilakukan tanpa dukungan keluarga.
Apalagi penderita selalu merasa dirinya baik-baik saja.
Obat-obatan mood stabilizer juga menyebabkan kantuk sehingga penderita merasa tidak nyaman, lemas, dan kurang produktif.
Selain mengonsumsi obat, kesembuhannya juga bisa dibantu dengan terapi seperti meditasi, relaksasi, olah napas, atau terapi tertawa.
Namun, dr. Yul Iskandar, psikiater yang bekerja di Dharma Graha Hospital, Jakarta, mengingatkan, kesembuhan tidak bisa didapat melalui terapi non-farmakologis saja.
"Tetap harus minum obat!" tegasnya.
(Baca juga: Perubahan Mood Belum Tentu Pertanda Bipolar)
(Baca juga: Empat Episode Mood yang Biasa Terjadi pada Penderita Bipolar)
Masalahnya, penyakit bipolar ternyata bisa mengecoh.
Pada kurun waktu tertentu, gejalanya akan hilang sama sekali dan penderita tampak oke-oke saja.
Berbeda dengan schizofrenia, karena kondisi penderita akan terus memburuk.
Pada tahap membaik inilah biasanya obat-obatan berhenti dikonsumsi.
Apa itu bipolar?
Bipolar atau mania depresif (manic depressive) kategori berat adalah jenis gangguan kejiwaan yang penderitanya mengalami dua fase gangguan, yaitu mania dan depresif.
Berbeda dengan unipolar yang mengalami satu fase gangguan, depresif saja.
(Baca juga: Bipolar pada Perempuan Lebih Susah Ditebak)
Depresi mental merupakankondisi kejiwaan yang tertekan, hingga seseorang akan merasa sedih, putus asa, dan menarik diri dari pergaulan.
Sedangkan mania bisa dibilang kebalikannya, mengalami emosi kegembiraan akibat adanya gangguan.
Pada penderita bipolar, fase mania dan depresif tidak datang bersamaan.
Biasanya, penderita akan mengalami depresi dalam kadar rendah cukup lama.
Setelah sempat mengalami jeda, tingkat depresi akan meningkat, lalu lambat laun mulai muncul mania dalam kadar yang terus meningkat.
Ketika dua fase ini muncul bergantian, jadilah bipolar.
Penderita depresi mental biasa yang berlangsung lama, tapi kemudian mengalami fase mania, juga dapat diindikasikan mengidap bipolar.
Ada kasus bipolar tertentu, di mana dua fase gangguan itu tidak begitu kelihatan.
Penderita bersikap wajar, tampak normal, dan masih bisa bekerja dengan baik.
"Kalau dia seorang dokter, tetap bisa berpraktik dengan baik. Kalau dia politisi, tetap bisa bekerja secara normal,” ungkap dr. Yul Iskandar.
(Baca juga: Ini Cara Wanita dengan Bipolar Rencanakan Kehamilan)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR