Advertorial

Vinnell Corporation, Produsen Tentara Bayaran Paling Mematikan di Dunia

Ade Sulaeman

Editor

Keberhasilan klan Saud di Arab Saudi mempertahankan ladang minyak tidak lepas dari peran Vinnell.
Keberhasilan klan Saud di Arab Saudi mempertahankan ladang minyak tidak lepas dari peran Vinnell.

Intisari-Online.com - Munculya industri tentara bayaran memang tergantung dari situasi dan kondisi dunia yang makin banyak konflik bersenjatanya.

Makin banyak konflik yang muncul terutama dari negara-negara yang kaya minyak, para tentara bayaran yang bekerja demi uang pun makin banyak yang berdatangan.

Perusahaan pemasok tentara bayaran pun bermunculan padahal sebelumnya perusahaaan-perusahaan bukan bergerak di bidang keamanan seperti Vinnel Corparation yang awalnya merupakan perusahaan konstruksi kecil-kecilan.

Saat pertama didirikan tahun 1931, Vinnell memang bukanlah sebuah industri yang patut ditakuti.

(Baca juga: Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Misterius dan Sering Bikin Gentar Navy Seal AS)

Wajar saja karena saat itu Vinnell hanyalah sebuah perusahaan konstruksi di wilayah kecil Los Angeles (LA), AS.

Pada awal perkembangannya, Vinnell terkait kontrak dengan LA Freeway System.

Memang sebagian proyek terkenal Vinnell bersifat sipil. Termasuk pekerjaan untuk Grand Coulee Dam dan konstruksi Stadion Dodger LA.

Kenyataan berubah pada akhir PD II. Saat itu Vinnell sudah melibatkan pada pekerjaan militer dan intelijen.

Kontrak luar negeri pertama Vinnell melibatkan pengiriman suplai ke nasionalis China, Chiang Kai-Shek.

Tindakan Kai-Shek ini merupakan upayanya untuk melawan kekuatan revolusi Mao-Tse-Tung.

Vinnell pun segera naik daun dalam bisnis kontruksi militer di Asia.

Di antaranya membangun landasan militer di Okinawa, Taiwan, Thailand, Vietnam Selatan, dan Pakistan.

(Baca juga: Gunakan Parasut Paralayang, Pasukan Khusus Korut Rencanakan Serangan Senyap ke Korsel)

Selama Perang Vietnam, Vinnell membangun markas di Vietnam Selatan.

Fakta ini mencuat setelah AS menarik pasukan dari negara tersebut.

Menurut media AS, Boston Herald, perwira Pentagon menyebut Vinnell sebagai “our own little mercenary army” (pasukan bayaran milik kita sendiri).

Vietnam hampir membuat Vinnell bangkrut.

Namun kontrak senilai 77 juta dolar pada 1975 membuka babak baru bagi Vinnell.

Kontrak berupa pelatihan bagi tentara Arab Saudi untuk mempertahankan ladang minyak.

Untuk memenuhi kontrak, Vinnell melakukan perekrutan tentara veteran perang Vietnam yang terlupakan.

Upaya rekrutmen pertama Vinnell dibantu seorang mantan kolonel AD AS bermata satu yang bernama James D. Holland.

Proses rekrutmen berlangsung di sebuah kantor kecil di pinggiran Alhambra, Los Angeles.

Mungkin kontrak militer paling penting bagi Vinnell adalah proyek yang didapatnya pada tahun 1975 tersebut.

Saat itu Pentagon turut membantu perusahaan ini untuk memenangkan tender.

Hasilnya, Vinnell dikontrak untuk melatih 75.000 Saudi Arabian National Guard (SANG), sebuah unit militer yang berasal dari pejuang Badui.

Pejuang ini membantu klan Saud mengontrol peninsula di awal abad terakhir. Terutama menjaga ladang minyak.

Ironisnya, tak lama sebelum itu Henry Kissinger membuat pernyataan yang mengingatkan bahwa suatu hari AS akan menginvasi ladang minyak di Timur Tengah.

Terbukti sekarang bagaimana AS “menguasai” minyak di sana.

Vinnell Corporation didirikan mendiang A.S.Vinnell pada 1931 untuk memblok jalan di Los Angeles.

Sejak didirikannya, kegiatan latihan dan dukungan yang dilakukan mengalami perkembangan selama 70-an dan 80-an.

Di antara keberhasilan perusahaan dalam bidang ini adalah Interim Training Center di Jubail, Saudi Arabia dan pelatihan dalam bidang teknik penerbangan bagi Royal Malaysian Air Force.

Tahun 1980 merupakan awal bagi keterlibatan Vinnell dengan Royal Saudi Air Force (RSAF).

Vinnell menyediakan mulai dari sistem analis hingga logistik dan aeronautical engineering.

Ketika Royal Saudi Land Forces (RSLF) memutuskan mengoperasikan kendaraan tempur Bradley Fighting Vehicle, Vinnell dianggap sebagai kontraktor dukungan logistik berkualifikasi tinggi dan pantas menjalankan program.

Kini berbasis di Fairfax, Virginia, perusahaan ini dikontrol melalui jaringan erat kepemilikan rekanan, termasuk di antaranya James A. Baker III dan Frank Carlucci, mantan US Secretaries of state and Defense di bawah kepresidenan George Bush Senior.

Di situs Vinnell dicantumkan bahwa Vinnell mengoperasikan pangkalan militer di Eropa, Timur Tengah, dan AS.

Konon tujuannya untuk menjamin pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas berkualitas tinggi.

Tidak hanya itu, Vinnell juag memberikan berbagai jenis dukungan politik selama perang kepada AS dan pelanggan asingnya.

Bisa dibilang Vinnell terlibat dalam misi tempur Opertion Desert Storm dan Iraqi Freedom di Irak.

Wilayah operasinya bahkan hingga Kosovo dan Afghanistan. Proyrk yang ditawarkan Vinnell juga termasuk proyek pemulihan pasca perang.

Vinnell sukses untuk tidak menonjolkan diri. Namun keadaan berubah saat sebuah gedung tempat kerja manajer Vinnell untuk progaram pelatihan SANG hancur diterjang bom mobil.

Kemudian pada 12 Mei 2003, sejumlah orang bersenjata menerobos masuk ke tiga wisma di Arab Saudi.

Salah satunya ditempati karyawan Vinnell dan keluarga mereka. Penyerang meledakan sejumlah bom mobil.

Pihak berwenang Saudi menangkap lebih dari 20 tersangka. Beberapa di antaranya terkait dengan Al Qaeda.

Sebagai perusahaan yang diidentikkan sebagai pemasok tentara bayaran, tentu saja Vinnell mengundang kontradiksi.

Bagi sebagian pihak, kiprah Vinnell merupakan komitmen AS dalam perannya sebagai polisi dunia.

Jelas, kiprah Vinnell termasuk dalam agenda di era pemerintahan Presiden George Bush, yang merupakan proyek bagi Abad Amerika Baru.

Namun bagi sebagian pihak, kiprah Vinnell dianggap mempermalukan AS. Terutama dalam hal mengambil keuntungan dari perang dan kekerasan.

Kesan negatif ini tentu saja mendapat tanggapan. “Kami bukan tentara bayaran karena kami tidak menarik pelatuk,” kilah seorang mantan perwira AD AS.

“Kami melatih orang untuk menarik pelatuk dan menjadikannya tentara bayaran paling berbahaya di dunia.”

Pernyataan ini disambut rekannya, “Mungkin ini membuat kami adalah tentara bayaran eksekutif.”

(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)

Artikel Terkait