Advertorial
Intisari-Online.com – Tahun 2018 baru berjalan 10 hari. Tidak heran suasana perayaan tahun baru masih terasa.
Umumnya dalam momen Tahun Baru, ada satu hal yang hampir mungkin dilakukan setiap orang, yaitu membuat resolusi tahun baru.
Seperti ingin lebih sehat, menghemat lebih banyak uang, dapat kenaikan pangkat, atau liburan ke luar negeri.
Tapi tahukah Anda mengapa kita membuat resolusi Tahun Baru?
(Baca juga:Resolusi Tahun Baru: Kurangi Ketergantungan Terhadap Nasi! Sederhana, Tapi Dampaknya Luar Biasa)
(Baca juga:Perayaan Tahun Baru di Jepang: Tetap Meriah Tapi Juga Sakral)
Sebenarnya, dilansir dari Live Science, membuat resolusi tahun baru merupakan tradisi kuno.
Dulu, orang-orang Zaman Perunggu juga mempraktikkan seni resolusi Tahun Baru, meskipun resolusi mereka bersifat eksternal dan bukan terfokus secara internal.
Sementara lebih dari 4.000 tahun yang lalu, orang-orang Babilonia kuno merayakan Tahun Baru bukan pada bulan Januari, namun pada bulan Maret, ketika panen musim semi masuk.
Festival itu disebut Akitu dan berlangsung selama 12 hari.
Dari Akitu, ada kegiatan yang penting yaitu mencari raja baru, atau penegasan kembali kesetiaan kepada raja sebelumnya, seandainya dia masih duduk di atas takhta.
Tahun Baru Romawi
Berabad-abad kemudian, orang-orang Romawi kuno memiliki tradisi yang sama untuk merayakan Tahun Baru mereka, yang juga awalnya dimulai pada bulan Maret.
Pada hari-hari awal Roma, tepatnya pada tanggal 1 Maret, hakim lama akan menegaskan Senat Romawi bahwa mereka telah menjalankan tugas mereka sesuai dengan undang-undang. Kemudian, hakim baru akan dilantik.
Setelah Roma menjadi sebuah kerajaan di 27 SM, Hari Tahun Baru menjadi masa bagi para pemimpin kota dan tentara untuk bersumpah demi kesetiaan kepada Kaisar.
(Baca juga:Dibuat oleh Indonesia! Inilah Kartu Ucapan Tahun Baru 2018 Terkecil di Dunia )
Awalnya, Roma memang merayakan Tahun Baru di bulan Maret, kata Richard Alston, seorang profesor sejarah Romawi di Royal Holloway University of London, namun pada suatu waktu sekitar 300 SM, upacara tersebut bergeser ke 1 Januari.
Paruh pertama Hari Tahun Baru di Roma akan dilakukan upacara publik, pengucapan sumpah dan pengorbanan kuil. Sementara paruh kedua hari itu untuk kegiatan sosial.
“Warga negara akan saling memberi hadiah madu, buah pir, dan permen sebagai hadiah untuk ‘Tahun Baru yang manis’," kata Alston.
Tradisi modern
Tidak ada garis lurus dari tradisi Romawi kuno sampai resolusi Tahun Baru yang Modern, namun keinginan untuk memulai kembali muncul berulang kali di peradaban barat.
Pada tahun 1740, resolusi tahun baru telah menjadi tradisi sekuler, dan kebanyakan orang Amerika yang membuat mereka sekarang fokus pada peningkatan diri.
Pemerintah AS bahkan mengelola situs web yang mencari tip untuk mencapai beberapa resolusi paling populer, seperti menurunkan berat badan, lebih suka rela, berhenti merokok, makan lebih baik, tidak lagi berhutang, hingga menabung.
“Jika masa lalu adalah indikasi, maka banyak orang memiliki kesempatan yang baik untuk menepati janjinya setidaknya pada bagian 2018," kata Lee Miringoff, direktur The Marist College Institute for Public Opinion, dalam sebuah pernyataan.
Jadi, apa resolusi Tahun Baru Anda?
Apapun itu, semoga saja resolusi Anda sukses.
(Baca juga:Duh, Siapa yang Sangka Kalau Si Mungil Kue Mochi Ternyata Membawa Banyak Kematian, Ini Alasannya )