Advertorial

Ketika Seorang Tukang Batu Luntang-Lantung Penuh Dendam Menembak Presiden AS

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com – Waktu itu Amerika sedang dilanda krisis ekonomi yang paling gawat sejak Perang Saudara.

Pabrik-pabrik ditutup, pengangguran merajalela, sampai dapur umum didirikan di mana-mana untuk menolong orang lapar.

Dalam keadaan gawat itu rakyat mempertaruhkan harapan mereka pada presiden terpilih Franklin Delano Roosevelt yang akan memimpin negaranya ke arah perbaikan.

Dua minggu menjelang pelantikannya, Roosevelt menghadiri suatu pertemuan di antara pohon-pohon palma yang diterangi lampu sorot di Biscayne Bay, Miami, pada malam tanggal 15 Februari 1933.

(Baca juga:Franklin Roosevelt, Meski Lumpuh dan Berkursi Roda Empat Kali Terpilih Jadi Presiden AS serta Penentu Kemenangan PD II)

(Baca juga:Mengingat-ingat Awal Perang Dunia II: Ketika Roosevelt Memancing Jepang Menyerang)

Ia baru selesai mengucapkan pidato singkat, ketika Guiseppe Zangara, seorang tukang batu luntang-lantung yang penuh dendam menembakinya dengan revolver.

Zangara menembak lima kali. Lima orang pria dan wanita di dekat Roosevelt terkena, tetapi presiden terpilih itu selamat.

Salah seorang korban ialah walikota Anton J. Cermak yang kemudian meninggal.

Andaikan Roosevelt meninggal dalam peristiwa itu, akan sukar bagi kita untuk membayangkan jalannya sejarah dunia dalam pertengahan abad ke-20 itu.

"Seorang presiden harus bisa menduga hal-hal seperti itu", kata-pengganti Roosevelt, Harry S. Truman. Dia dapat mengatakan ini karena telah mengalaminya sendiri.

la sedang beristirahat di Blair House pada tanggal 1 November 1950, ketika ia tiba-tiba dikejutkan oleh suara tembakan di luar.

Dua orang nasionalis Puerto Rico dari daerah Bronx, Oscar Gollazo dan Griselio Torresola, sedang tembak menembak dengan para anggota Dinas Rahasia dan polisi dalam usaha menyerbu ke dalam untuk membunuh presiden.

Sebelum tembak menembak berakhir, presiden Truman sudah diselamatkan, dua orang dalam keadaan sekarat dan tiga laihnya terluka.

(Baca juga:Kisah Surat Einstein kepada Franklin D Roosevelt yang Mengubah Dunia)

Tragedi Kennedy

Truman masih hidup dan sempat mengalami pembunuhan presiden berikutnya yang terjadi 13 tahun kemudian.

Pada tanggal 22 November 1963, presiden John F. Kennedy berkeliling kota dalam mobil terbuka di kota Dallas, Texas.

Hari itu cerah dan sejumlah besar penduduk kota keluar untuk memberikan sambutan lebih meriah dari pada diduga semula, di kota yang penuh dengan sentimen sayap kanan yang memusuhi dia dan kebijaksanaannya.

Waktu mobilnya melewati Gudang Buku Sekolah Texas, tiga kali tembakan dilepaskan oleh seorang yang bersembunyi di lantai enam.

Presiden Kennedy roboh dan meninggal dalam pelukan istrinya.

Gubernur Texas, John. B. Connaly yang duduk dalam mobil yang sama, terluka parah tetapi kemudian sembuh.

(Baca juga:Pasukan Pengawal Presiden AS: Siap Menghadapi Ancaman Apapun, Kecuali Serangan Hiu)

Lee Harvey Oswald, seorang berpikiran kacau bekas marinir yang pernah membelot ke Rusia berhasil ditangkap dan dituduh membunuh presiden.

Tetapi sebelum ia dihadapkan ke pengadilan, dalam perjalanan ke kantor polisi ia ditembak mati oleh Jack Ruby, seorang pemilik kelab malam.

Hampir 150 tahun telah lampau sejak Lawrence menembak presiden Jackson, tetapi para presiden Amerika masih saja terancam bahaya maut oleh orang-orang aneh bersenjata pistol dan otaknya kacau dengan bayangan segala macam tujuan yang muluk-muluk yang dapat dicapai dengan menembakkan senjata itu.

Usaha-usaha pembunuhan atas para presiden Amerika itu merupakan rentetan kejahatan paling menyolok dalam sejarah Amerika, tetapi salah satu segi yang aneh ialah bahwa para pelakunya bukan penjahat biasa.

Kecuali Booth, semua pembunuh itu oknum-oknum tak terkenal yang tiba-tiba muncul dengan tembakan-tembakan yang menggoncangkan dunia dan lima kali berhasil, lima kali mengganti presiden.

Pada umumnya mereka itu bukan orang jahat, kemudian memang ternyata bahwa mereka memang berbahaya, tetapi rata-rata orangnya ramah, lemah lembut, rapi, tak menonjol, mematuhi hukum dan serius.

Kecuali sifat buaya kecil Guiteau dan gairah seks dan nafsu minum Booth, umumnya mereka bukan orang-orang yang mempunyai kebiasaan buruk seperti mabok-mabokan, berjudi atau madat.

Boleh dikatakan kesalahan mereka ialah tercetusnya pikiran di benaknya untuk membunuh kepala negara.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1981)

(Baca juga:Secret Service, Pengawal Presiden AS Ini Awalnya Hanya Bertugas Memberantas Pemalsuan Uang)

Artikel Terkait