Advertorial
Intisari-Online.com - Pasar modal tak mengenal latar belakang profesi.
Tak perlu menjadi petinggi perusahaan, atau tenaga profesional lainnya, profesi yang dipandang kurang prestis juga bisa meraup untuk dari investasi saham.
Suherman salah satunya.
Pria yang berprofesi sebagai sekuriti di sebuah perusahaan ini memiliki cerita manis perjalanan investasinya sepanjang 2017 lalu.
(Baca juga: Tak Bisa Diam dan Gemar Lompat-lompat, Itu Pertanda Anak Anda Punya Kecerdasan Kinestetik Tinggi)
"Rata-rata, saya memperoleh gain sekitar 50% hingga 60%," ujar Suherman kepada KONTAN belum lama ini.
Keuntungan tersebut dia peroleh dari sejumlah saham andalannya.
Dia bilang, sejak awal tahun 2017 sudah mulai mengakumulasi saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Tak perlu ribet menggunakan analisa teknikal atau rasio fundamental lainnya.
Suherman membenamkan investasinya hanya bermodal percaya dan pengetahuan umum yang diperolehnya setiap hari melalui surat kabar.
Dia memilih ADRO karena memiliki laba yang menarik.
Suherman juga memilih PTBA karena permintaan batubara dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih tinggi.
Sedangkan, WSKT ia pilih lantaran saham konstruksi diguyur sentimen tax amnesty yang juga berkontribusi dalam percepatan pembangunan infrastruktur.
(Baca juga: Dulu Dicampakkan, Kini Buah Ceplukan Harganya Selangit)
"Justru saya tahu sentimen dari KONTAN," aku Suherman.
Namun, buah manis usaha Suherman tak didapatnya secara instan.
Dia mulai tahu soal saham sejak 2008.
Ini pun karena memperhatikan aktivitas di sekitar lingkungan kerjanya, di Mandiri Sekuritas.
Awalnya, dia hanya coba-coba.
Namun, dengan dorongan atasannya, Suherman benar-benar masuk ke dunia saham pada 2010.
Bermodal hasil duit yang ia sisihkan, Suherman masuk dengan initial deposit Rp8 juta. Rugi, pasti pernah.
Namun, hal ini justru dia jadikan pelajaran.
Membatasi risiko sangat diperlukan.
Sejak saat itu, Suherman mulai membatasi dirinya agar tak terlalu berharap untung terlalu tinggi.
Karena pasar saham siapa yang tahu.
Saat ini terlihat bakal naik terus, sedetik kemudian bisa saja berbalik arah.
Suherman membagi aset investasinya menjadi dua porsi.
Sebesar 80% digunakan untuk menabung saham, sisa 20% dia gunakan untuk trading jangka pendek.
Dari porsi 20% itu juga ia pagari dengan strategi lanjutan.
"Saya limit, kalau sudah untung antara 10% hingga 15%, saya switch ke saham lain yang lebih murah," jelas Suherman.
Strategi itu membuahkan hasil.
Awal 2017, portofolio Suherman sekitar Rp90 juta. Sekarang, portofolionya menjadi sekitar Rp140 juta.
Nilai ini masih berpotensi untuk bertambah.
Sebab, pekan terakhir Desember 2017, Suherman masih sempat mendapuk untung sekitar Rp3 juta dalam sepekan melalui initial public offering PT Campina Ice Cream Industry.
Awal pekan 2018, dia juga masih sempat meraup untung Rp600.000 dalam sehari dari penjualan saham WSKT.
Hari ini, Rabu (3/1), Suherman untung Rp1,4 juta dari saham INDY.
Strategi itu yang akan terus Suherman gunakan ke depan.
Tentu, dengan memperhatikan saham yang menurutnya memang menarik.
Dia mengaku tengah mengambil ancang-ancang untuk masuk ke saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) karena adanya sentimen perbaikan laba.
Dia juga masih menyisakan sebagian saham PTBA dan juga ADRO.
Manfaat finasial yang dia peroleh dari investasi saham tidak ia gunakan untuk kesenangan pribadi.
"Sebagian ada untuk membiayai kuliah adik saya, untuk bantu keluarga," pungkas dia. (Dityasa H Forddanta)
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “Si satpam yang menang besar dari pasar saham”
(Baca juga: Saudara Kandungmu Adalah Orang Penting Dalam Hidupmu, Jangan Pernah Lupakan Itu)