Advertorial

Gawat, Para Ahli Meramalkan Cokelat Akan Punah Dalam Waktu 40 Tahun, Ini Alasannya

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com – Anda yang menjalankan bisnis pembuatan cokelat harap bersiap-siap.

Diprediksikan, makanan yang membawa kebahagiaan itu bisa saja punah dalam waktu 40 tahun mendatang.

Kabar tak sedap ini datang dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional di Amerika Serikat.

Menurut para pakar, cokelat bisa punah karena tanaman cokelat susah bertahan hidup dalam iklim yang memanas.

Pohon itu hanya dapat tumbuh di antara suhu kira-kira 20 derajat di utara dan selatan Khatulistiwa.

(Baca juga:Rumah Unik Berlantai Dua Ini Terbuat dari Roti Jahe, Permen, dan Cokelat, Seperti di Negeri Dongeng Ya?)

(Baca juga:Wow! Apel Hasil Rekayasa Genetika Ini Diklaim Tidak akan Berubah Menjadi Cokelat Setelah Dipotong)

Mereka berkembang di bawah kondisi spesifik seperti tingkat kelembaban tinggi dan hujan yang melimpah.

Namun, dengan meningkatnya suhu sebanyak 2,1?C pada 30 tahun mendatang yang disebabkan oleh pemanasan global memengaruhi tanaman cokelat.

Hal ini kemudian akan berdampak pada industri cokelat di seluruh dunia, begitu menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional di Amerika Serikat.

Karena meningkatnya kadar merkuri serta berkurangnya air dalam tanah dan tanaman, para ilmuwan berkeyakinan, tidak mungkin curah hujan akan cukup meningkatkan keseimbangan kelembaban yang telah hilang.

Ini artinya, kawasan produksi cokelat akan terpaksa berpindah ke kawasan yang lebih tinggi ratusan meter ke kawasan lahan di pegunungan.

Padahal kawasan itu sangat dijaga untuk kehidupan alam liar pada 2050 mendatang.

(Baca juga:Kabar Baik Buat Pecinta Cokelat! Jenis Cokelat Baru Ini akan Membuat Kita Semakin Cinta Makanan Ini)

(Baca juga:Warna Cokelat Keempat yang Baru Saja Ditemukan Ini Benar-benar Romantis)

Resminya, negara seperti Pantai Gading dan Ghana memproduksi lebih dari setengah cokelat di dunia.

Negera tersebut akan menghadapi dilema apakah menjaga pengadaan cokelat bagi dunia atau menyelamatkan ekosistem mereka yang sekarat.

Tahun lalu, para pakar memprediksikan bahwa dunia menghadapi ‘defisit cokelat’ karena para pembeli di negara berkembang meningkat akan camilan yang manis ini.

Penelitian berjudul ‘Destruction by Chocolate’ mengungkapkan, tipikal konsumen di negara Barat rata-rata makan 286 batang cokelat setahun.

Jumlah itu akan lebih bila cokelatnya dari Belgia.

Untuk membuat 286 batang cokelat, produsen membutuhkan 10 tanaman cokelat untuk mendapatkan cokelat dan lemak cokelat, yang menjadi bahan inti dari produksi cokelat.

Sejak tahun 1990-an, lebih dari satu milyar orang dari China, Indonesia, India, dan Brasil, serta bekas negara Uni Soviet, memasuki pasaran cokelat.

Meskipun permintaan meningkat, pengadaan cokelat tidak bisa memenuhi dan stok cokelat disebutkan menjadi berkurang.

Produksi cokelat dibawah tekanan sementara metode pertanian cokelat tidak berubah selama ratusan tahun.

(Baca juga:Kaya Flavanol, Cokelat Hitam Dipercaya Ampuh Turunkan Tekanan Darah Tinggi)

Begitu menurut Doug Hawkins dari perusahan penelitian Hardman Agribusiness yang berbasis di London, Inggris.

Ia mengatakan, panenan tanaman cokelat tidak seperti panenan tanaman lainnya yang memiliki keuntungan dari perkembangan moderen, tingginya tingkat pemanenan, dan tehnik penganturan masa panen untuk memunculkan potensi genetik tanaman itu.

Lebih dari 90 persen panen cokelat secara global diproduksi oleh petani-petani pada pertanian untuk penyambung hidup dengan bahan penanaman yang tidak berkembang.

Beberapa laporan memberi kesan penanaman cokelat di negara produksi tertinggi di dunia, yaitu Pantai Gading, menjadi pertanian illegal di kawasan hutan lindung untuk memenuhi permintaan cokelat, seperti yang Doug Hawkins sebut ‘kehancuran oleh cokelat’.

“Semua indikator yang dapat kita lihat pada kedefisitan cokelat 100.000 ton per tahun pada beberapa tahun mendatang,” tutup Doug Hawkins, seperti dilansir dari situs MailOnline, Senin (1/1).

(Baca juga:Cokelat Indonesia Bukan Cokelat yang Real, Benarkah Kita Selama Ini Telah Tertipu?)

Artikel Terkait