Advertorial
Intisari-Online.com- Nasib eksistensi glitter kini berada diujung perhitungan oleh para ilmuwan.
Anda mungkin melihat glitter pada berbagai hal, mulai dari slime, mainan anak-anak, kutek kuku, kosmetik, pernak-pernik, sampai kerajinan tangan lainnya.
Namun, sekarang para ilmuwan di seluruh dunia menyerukan pelarangan terhadap benda gemerlapan itu pada tahun 2018.
Mereka mengklaim bahwa glitter sangat berbahaya bagi lingkungan.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Diketahui, glitter termasuk dalam kategori mikroplastik.
Sebagai plastik dengan panjang kurang dari lima milimeter, bahan yang sangat kecil ini biasa ditemukan di sabun tubuh, sabun wajah, dan produk sejenis lainnya.
Nah, menurut para ilmuwan, benda ini dapat denganmudahnya melewati dan mencemari sistem penyaringan dan saluran air.
Namun yang menjadi perhatian khusus adalah partikel kecil ini bisatertelan oleh ikan dan burung.
Contohnya sebuahstudi di Inggris yang dipimpin olehRichard Thompson. Studi ini menemukan bahwa hampir sepertiga ikan yang tertangkap di wilayah Inggris Raya menelan plastik di tubuh mereka.
"Saya pikir semua glitter harus dilarang, karena ini mikroplastik," Dr. Trisia Farrelly, seorang antropolog lingkungan di Massey University, mengatakan kepada The Independent sebagaimana dilansir dalam Fatherly.
Inggris bergerak untuk secara drastis melarang penggunaan mikroplastik dan para ilmuwan meminta negara-negara di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama.
Pada tahun 2015, Kongres mengeluarkan Undang-Undang Perairan Bebas Mikrobead 2015 yang, antara lain, mengatakan bahwa pembuatan semua kosmetik kosmetik dengan mikrobeads perlu dihentikan pada tanggal 1 Juli 2017 dan bahwa mereka harus berhenti dijual pada tanggal 1 Juli 2018.
Namun, undang-undang belum disahkan secara khusus mengenai glitter.
Solusi untuk dunia yang masih membutuhkan glitter adalah dapat beralih pada glitter ramah lingkungan.
Sekarang telah ada produksi glitter non-plastik biodegradable yang terbuat dari tumbuhan dan memperhatikan proyek berkelanjutan.
(Baca juga:7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)