Intisari-Online.com – Arango dan Mann, pakar bunuh diri dan New York State Psychiatric Institute dalam Biological Psychiatric meneliti susunan otak orang berjenis kelamin sama, yang meninggal pada waktu yang hampir bersamaan.
Yang satu tewas karena bunuh diri, sedangkan lainnya meninggal secara normal.
Dari penelitian tampak perubahan anatomis dan kimiawi pada dua wilayah kerja otak orang yang meninggal karena bunuh diri.
Wilayah itu orbital prefrontal cortex di atas mata, dan dorsal raphe nucleus di batang otak.
BACA JUGA: Inilah Gustave, si 'Monster' Buaya Raksasa Pembunuh 300 Manusia di Burundi
Perubahan ini menyebabkan berkurangnya kemampuan otak untuk membuat dan menggunakan serotonin, yaitu neurotransmitter yang berguna untuk membangkitkan rasa bahagia pada seseorang.
Hormon itu hanya sedikit terdapat pada orang yang impulsif atau sedang mengalami depresi.
Serotonin diproduksi oleh neuron-neuron dalam dorsal raphe nucleus, lalu dikirim ke orbital prefrontal cortex.
Pada pelaku bunuh diri, jumlah serotonin yang dikirim itu di bawah normal.
Serotonin itu salah satu molekul yang terjalin dalam jaringan biokimiawi yang bemama sumbu Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA).
HPA bertanggung jawab mempengaruhi respons yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang diterimanya dari lingkungan.
HPA ini menyebabkan jantung berdebar dengan kencang dan telapak tangan jadi basah, setelah Anda menyetir mobil dengan kencang.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR