Hal ini dikarenakan chip membutuhkan daya yang jauh lebih kecil daripada prosesor tradisional.
Tidak seperti chip tradisional yang memproses kombinasi 0s dan 1s sebagai kode biner, chip neuromorphic memproses lonjakan arus listrik yang berkobar dalam kombinasi kompleks, mirip dengan bagaimana neuron menyala di dalam otak.
Laboratorium Ferrari sedang mengembangkan kelas baru dari algoritma penginderaan dan pengendalian berbasis event yang meniru aktivitas syaraf dan dapat diimplementasikan pada chip neuromorfik.
Laboratorium Ferrari telah bekerja sama dengan Laboratorium Harvard Microrobotics, yang telah mengembangkan RoboBee seberat 80 miligram yang dilengkapi dengan sejumlah penglihatan, aliran optik dan sensor gerak.
Sementara robot ini hidup bergantung dengan sumber listrik, para peneliti Harvard sedang memikirkan sumber daya baru lainnya.
Baca Juga: Sejumlah Pria Resah Karena Organ Intimnya Melengkung, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Algoritma Cornell akan membantu membuat RoboBee lebih otonom dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks tanpa meningkatkan beratnya secara signifikan.
"Terkena angin kencang atau pintu berayun akan menyebabkan robot kecil ini kehilangan kendali. Kami mengembangkan sensor dan algoritma untuk memungkinkan RoboBee menghindari kecelakaan, atau jika menabrak, ia dapat bertahan dan tetap terbang," kata Ferrari.
Untuk mempercepat pengembangan algoritma ini, simulator virtual diciptakan oleh Taylor Clawson, seorang mahasiswa doktoral di lab Ferrari.
Simulator berbasis fisika memodelkan RoboBee dan kekuatan aerodinamika sesaat yang dihadapinya pada setiap kepakan sayap.
Akibatnya, model tersebut dapat memprediksi secara akurat gerakan RoboBee selama penerbangan melalui lingkungan yang kompleks.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR