Advertorial

Menyibak Down Sindrome Dari Garis Telapak Tangan

Yoyok Prima Maulana

Editor

Secara ilmiah, garis pada telapak tangan membantu tangan untuk menggenggam sesuatu dan peregangan kulit. Selain itu, juga membantu mengidentifikasi kondisi kesehatan tertentu.
Secara ilmiah, garis pada telapak tangan membantu tangan untuk menggenggam sesuatu dan peregangan kulit. Selain itu, juga membantu mengidentifikasi kondisi kesehatan tertentu.

Intisari-online.com - Secara ilmiah, lipatan atau garis pada telapak tangan membantu tangan untuk menggenggam sesuatu dan peregangan kulit. Selain itu, juga membantu mengidentifikasi kondisi kesehatan tertentu.

Menurut National Institutes of Health, Maryland, AS, umumnya orang memiliki tiga garis di permukaan telapak tangan, yakni garis perasaan (heart), garis pikiran (head), dan garis hidup (life). Ketiganya memiliki fungsi berbeda.

Garis perasaan, yang terletak di bagian atas telapak tangan misalnya, mencerminkan keadaan, baik fisik maupun emosional. Garis pikiran menunjukkan gaya belajar, komunikasi, dan intelektual. Garis hidup mencerminkan kesehatan fisik, kesejahteraan umum, dan perubahan besar dalam hidup.

Jumlah garis di telapak tangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya genetis dan ras. Akan tetapi, ada beberapa orang yang hanya memiliki satu lipatan, yang biasa disebut simian crease. Laki-laki dua kali lebih mungkin untuk memiliki kondisi tersebut.

BACA JUGA:Inilah Bedanya Nyeri Dada karena Serangan Jantung dan Gejala Asam Lambung

Garis tangan simian crease/line (kanan)
Dalam palmistri dan dunia medis, lipatan simian merupakan garis perasaan dan pikiran yang menyatu membentuk satu garis di sepanjang telapak tangan. Nama simian crease berasal dari kemiripannya dengan palmar crease, sebuah lipatan yang konon ditemukan di telapak tangan primata.

Pada manusia, lipatan ini ditemukan pada orang dengan kelainan genetik down syndrome. Hubungan garis simian dengan down syndrome sudah dikaitkan sejak 1866.

Lipatan ini menjadi satu dari banyak ciri khas dari down syndrome. Lebih dari setengah penyandang down syndrome memiliki lipatan simian, baik pada satu telapak tangan maupun keduanya. Sementara itu, hanya sekitar 1% dari populasi sehat yang memiliki garis simian. Tak hanya itu, garis simian juga sering ditemukan pada penduduk etnis tertentu, terutama di Asia.

Diperkirakan ada sekitar 3% penduduk Asia yang memiliki lipatan itu. Di antaranya, Pygmy (34,7%), Gipsi (14,3%), China (13,0%), dan Korea (11,2%). Sementara, di Eropa sekitar 1%.

Sebetulnya, garis tangan sudah terbentuk pada usia ke-12 minggu kehamilan. Oleh karena itu, kemungkinan bayi mengalami down syndrome dapat diketahui sejak dalam kandungan. Setidaknya, satu dari 691 bayi terlahir dengan kondisi tersebut.

Meski demikian, hasil skrining down syndrome sebelum kelahiran tidak 100% akurat. Seperti yang terjadi pada Moyer. Pasalnya, berdasarkan National Down Syndrome Society, skrining down syndrome ketika hamil hanya memperkirakan kemungkinan janin memiliki kondisi genetik. Kondisi down syndrome hanya dapat diketahui secara akurat melalui tes darah setelah lahir.

BACA JUGA:Hebat! Pilot Tempur Indonesia Ternyata Nyaris Tembak Jatuh Jet Tempur Australia

LEUKIMIA

Selain lipatan simian, down syndrome juga dapat diketahui dari lipatan lain di telapak tangan, yakni sydney crease. Beberapa orang dengan down syndrome juga memiliki garis sydney meski garis simian menjadi paling signifikan untuk mendiagnosa down syndrome.

Garis sydney merupakan garis pikiran pada telapak tangan. Pada orang down syndrome, garis ini membentang panjang dari ujung ke ujung telapak tangan. Sesuai dengan namanya, lipatan sydney lebih sering ditemukan di Australia dibandingkan di negara lain.

Awalnya, garis ini berhasil diidentifikasi oleh seorang ahli genetika di Sydney, Australia. Garis ini ditemukan pada anak-anak yang tidak bisa menyamai kemampuan belajar anak seusianya. Mereka menunjukkan kesulitan serius dalam belajar, membaca, menulis, dan pemahaman umum lainnya.

Pada 1972, Purvis-Smith, peneliti asal Australia melakukan penelitian terhadap 105 orang dengan down syndrome. Hasilnya, sebanyak 7% di antaranya memiliki lipatan sydney di salah satu tangannya dan lipatan simian di tangan lainnya.

Tak hanya down syndrome, baik garis simian dan garis sydney juga memiliki hubungan dengan beberapa penyakit, seperti Alzheimer, diabetes melitus, dan leukemia.

Garis tangan sydney crease (kanan) dan simian crease (kiri)
Lembaga riset penyakit anak-anak di Sydney, Australia melakukan penelitian mengenai hubungan garis telapak tangan dengan penyakit leukemia. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Margaret Menser dan Dr. Purvis Smith itu melibatkan 100 anak sehat dan 25 anak yang menderita leukemia, baik akut maupun kronis.

Hasilnya ditemukan, sebanyak 36% dari anak-anak sakit itu memiliki garis sydney pada telapak tangannya. Sedangkan, hanya 13% dari anak yang sehat, yang memiliki garis tersebut.

Meski hubungan antara garis simian dan garis sydney dengan beberapa penyakit belum dapat dipastikan secara akurat, setidaknya hasil beberapa penelitian di atas dapat membantu menguatkan dokter mencari petunjuk dalam membuat diagnosis sementara.

BACA JUGA:Cara Mudah Agar Istri Terangsang

RISIKO KANKER

Tak hanya garis tangan, kondisi kesehatan juga dapat diketahui melalui jari, kuku, dan kulit di telapak tangan. Perbandingan jari tangan misalnya. Umumnya, jari manis pria cenderung lebih panjang daripada jari telunjuk. Sebaliknya pada wanita, jari telunjuk cenderung lebih panjang daripada jari manis.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Arthritis and Rheumatism pada 2008, mengungkapkan, wanita dengan pola “maskulin” memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuknya berisiko dua kali lebih besar menderita osteoartritis, yakni permasalahan sendi.

Tak hanya itu, jari telunjuk yang lebih panjang juga dikaitkan dengan risiko kanker payudara pada wanita dan risiko kanker prostat pada pria.

Penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Cancer pada 2010, menemukan, pria dengan jari telunjuk lebih panjang dari jari manis berisiko 33% terkena kanker prostat dibandingkan dengan pria yang jari telunjuk lebih pendek.

Peneliti melihat rasio panjang jari ini di 1.500 pasien kanker prostat dan 3.000 pria sehat selama 15 tahun. Para ilmuwan meminta orang-orang untuk melihat gambar tangan dan memilih satu yang paling mirip dengan mereka sendiri.

Para peneliti belum dapat memastikan penyebab hal itu, namun diyakini panjang jari dipengaruhi oleh jumlah hormon testosteron dan estrogen dalam rahim. Jari manis yang lebih tinggi menunjukkan jumlah hormon testosteron yang lebih besar ketika dalam kandungan. Sementara itu, jari telunjuk yang lebih tinggi menunjukkan hormon estrogen yang lebih besar.

Tak heran, jika jari telunjuk yang lebih tinggi pada wanita memiliki kaitan dengan risiko kanker payudara. Pasalnya, hormon estrogen merupakan hormon seks pada wanita. Sedangkan hormon testosterone yang lebih besar berkaitan dengan risiko kanker prostat pada pria.

BACA JUGA:Jika Garis Tangan Diubah Via Operasi Medis, Apakah Nasib Orangnya Ikut Berubah?

Artikel Terkait