Advertorial
Intisari-Online.com – Ini adalah kisah Lou Tao (29 tahun). Ia adalah seorang mahasiswi pasca sarjana di Peking University, China.
Ia menyadari bahwa kepalanya bisa menjadi sebuah bantuan besar bagi para ahli untuk menemukan obat. Karena itu, ia mewasiatkan untuk menyumbang kepala dan tubuhnya bagi sains.
(Baca juga:Bagaimana Stephen Hawking Mampu Bertahan Hidup dengan ALS Hingga 50 Tahun?)
Lou Tao bercerita, ia tengah sekarat. Dokter mengatakan pada dirinya bahwa ia menderita penyakit kelemahan yang disebut Amytrophical lateral sclerosis (ALS) atau dikenal sebagai penyakit saraf motorik (motor neurone disease).
Obat untuk ALS belum ditemukan. Meskipun demikian, perawatan yang tepat dapat membantu mengontrol penyakit, mencegah komplikasi yang tidak perlu, dan membuat hidup dengan penyakit ini lebih mudah.
Mengetahui tidak ada obat untuk penyakitnya, Lou sadar dirinya sekarat. Namun, daripada memikirkan tubuhnya sendiri, ia belajar apa yang dapat ia lakukan setelah meninggal.
Lou tahu betapa beratnya bila menderita ALS dan betapa menyakitkan hati di akhirnya. Dihadapi masalah ini, ia pun memutuskan untuk menyumbangkan seluruh organ tubuh yang diperlukan, termasuk kepalanya, bagi ilmu pengetahuan (sains).
Dengan demikian, para ahli dapat menganalisanya. Harapannya, hal itu dapat mengembangkan sebuah obat bagi penyakit ALS dari penelitian tersebut.
Lou bercerita, ia mengetahui kalau ia menderita ALS pada Oktober 2015. Suatu hari ia tidak bisa menggerakkan kakinya dan merasa fisiknya melemah sejak Agustus 2015.
Ia pun menjalani beberapa tes kesehatan dan akhirnya didiagnosa dengan penyakit ALS pada akhir Januari 2016. Itu sebabnya ia menuliskan dalam surat wasiatnya untuk menyumbangkan seluruh tubuhnya untuk sains.
“Setelah aku meninggal, aku ingin menyerahkan kepalaku bagi penelitian kedokteran dan berharap penyakit saraf motorik dapat disembuhkan segera sehingga penderita penyakit ini lainnya dapat sembuh dari sakit. Tolong lakukan kata-kataku ini: sumbangkan seluruh organ tubuhku untuk pasien yang membutuhkan, selama hal itu dapat membantu menyelamatkan hidup mereka,” tulis Lou Tao dalam surat wasiatnya.
(Baca juga:Bagaimana Stephen Hawking Mampu Bertahan Hidup dengan ALS Hingga 50 Tahun?)
Dilansir dari situs AsianOne, dikatakan juga bahwa ia ingin abunya disebar di Sungai Yantgze. Ia ingin dibiarkan untuk pergi dengan tenang, tanpa suatu jejak, hanya seakan ia tidak pernah ada di dunia ini.
Dalam salah satu kalimat yang dia tulis di surat wasiatnya dikatakan” Arti kehidupan tidak dibatasi oleh betapa lama atau pendeknya seseorang hidup, lebih baik kehidupan diukur dengan kualitas hidup seseorang.”