Lima tahun yang lalu ia memulai meneliti dan mencatat kesannya pada sebuah peta Anden Timur.
Ia telah menemukan bukti-bukti bahwa orang-orang Inka lari dengan harta dan merusak jalan-jalan di belakang mereka hingga orang-orang Spanyol tidak dapat mengikuti mereka ke Paititi.
Paititi dianggap orang-orang Inka sebagai suatu tempat yang aman karena dihuni oleh orang-orang Indio yang masih buas dan tanpa busana.
Mereka langsung membunuh orang asing dengan panah-panah yang berbisa.
Berangkat dengan keledai
Pencari harta karun sekarang tidak usah takut orang-orang Indio, tetapi mereka menghadapi bahaya lain.
Ketika Jorge Allando mempersiapkan ekspedisinya pada tahun 1974, sebuah patroli polisi secara kebetulan menemukan sebuah perkampungan budak yang modern di dekat Cuzco.
Di situ petualang dan bandit telah memaksa orang-orang yang telah ditangkapnya untuk mencuci emas tanpa bayaran.
Baru diketahui bahwa banyak sekali perkampungan semacam itu dibangun di "Neraka Hijau".
Ahli purbakala amatir Jorge Allande dan ke sepuluh temannya tidak takut perkampungan semacam itu, serta kemungkinan masuk perangkap.
Mereka meneruskan maksudnya untuk menemukan Paititi.
Pada bulan Mei 1975 mereka siap. Dengan peta-peta yang dibuatnya sendiri, bahan makanan, obat-obatan, tenda-tenda dan senapan-senapan mereka berangkat dari Cuzco dengan sebuah iringan keledai dan mulai masuk ke pegunungan dan turun ke lembah yang panas.
Dengan gangguan nyamuk, ular dan semut berbisa, mereka harus membuat jalan melalui hutan belantara yang lebat.
Sesudah dua hari seorang dari rombongan diserang demam. Ia disuntik dan beberapa pohon ditebang agar si sakit mendapat sinar matahari.
Sesudah tiga hari ia agak sembuh dan mereka meneruskan perjalanan.
Ekspedisi yang dilakukan oleh Jorge itu mengingatkan orang bahwa pada tahun 1539 tepat 437 tahun yang lalu ketika adik Francisco Pizarro, Gonzalo masuk hutan dengan 350 serdadu Spanyol (150 di antaranya naik kuda), 4000 orang Indian pegunungan dan 5000 ekor babi sebagai bekal makanan untuk menemukan Paititi.
Perjalanan itu merupakan perjalanan penuh derita.
Pizarro tidak menemukan Paititi akan tetapi ia menemukan sungai terbesar di dunia yakni sungai Amazone.
Jorge Allando sering ingat akan ekspedisi ini pada waktu ia pada tahun 1975 masuk hutan dengan kawan-kawannya.
Akan tetapi pada hari ke sepuluh pada saat mereka bertemu muka dengan seekor ular hijau besar yang marah, mereka tiba-tiba berdiri di depan gua harta karun.
Mereka sudah mencapai tujuan mereka. Mereka menemukan sebuah kota emas bangsa Inka: Kuil-kuil dari batu yang bersinar kebiru-biruan di situ ditutupi oleh pohon-pohon tinggi.
Tiang-tiang yang dihias dengan ukiran orang dan binatang yang indah, lapangan-lapangan yang dilapisi dengan batu dengan bangku bangku yang nyaman, makam dan ruang makam yang penuh barang-barang berharga.
Dan di mana-mana emas …. emas sekali lagi emas.
Akan tetapi belantara Peru mempunyai banyak rahasia. Apakah kota yang ditemukan itu betul-betul Paititi? Ini masih harus dibuktikan. (Quick - Otmar Kauck)
(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1976)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR