Intisari-Online.com – Setelah ada dompet pintar, celana pintar, jaket pintar, kini muncul sweter pintar. Uniknya, ia bisa berubah warna tergantung suhu udara di sekitar kita.
Benar, baju dari benang wol itu bisa berubah warna tergantung cuaca. Yang semula warnanya kuning akan berubah menjadi merah bila suhu udara berubah dingin.
Sweter yang peka suhu udara ini bermerek Stone Island’s “Ice Knit”. Baju hangat ini dibuat oleh perusahaan Hypercolor.
(Baca juga: Inilah yang Bisa Dilakukan Commuter Trucker si Jaket Pintar Google-Levi’s yang Dijual Rp4,6 Juta)
Untuk koleksi busana Musim Semi 2017 perusahaan itu mengenalkan sesuatu yang disebut ‘teknik merusak dengan tangan’. Teknik itu membuat busana bisa dirusak menggunakan tangan dengan mengunakan suatu pasta korosif khusus.
Koleksi Stone Island “Ice Knit” berbasis sebuah rancangan rajutan ganda. Permukaanya dibuat dari suatu benang yang peka suhu secara eksklusif, yang mengubah warna ketika terkena dingin, sementara bagian dalamnya terbuat dari benang wol asli.
Benang termokromik ini dibuat dengan mencampur zat warna (pigmen) pengubah warna yang paten dengan zat warna tekstil biasa. Jadi, begitu suhu di luarnya berubah, zat warna termokromik menjadi transparan, sementara zat warna biasa yang lainnya memunculkan warnanya.
Perubahan warnanya tidak seketika itu juga. Akan terlihat perubahan warna secara terus menerus diantara dua warna dan menciptakan efek 3 dimensi.
Stone Island’s “Ice Knit” tersedia dalam 3 perubahan warna yang bisa dipilih: kuning menjadi oranye, hijau jamrud menjadi hijau militer, serta warna gading menjadi cokelat gelap.
Bagaimanapun juga, busana yang peka dengan suhu udara belum pernah terdengar sebelumnya. Pada 1990-an sebuah perusahaan bernama Hypercolor mendapat perhatian karena menciptakan t-shirt yang berubah warna.
T-shirt yang semula berwarna terang menjadi gelap begitu cuaca berubah dari dingin menjadi hangat. Namun, perubahan warna itu bukan terjadi karena pengaruh alam, melainkan terpengaruh dari suhu tubuh pemakainya.
Sayangnya, pada saat itu Hypercolor tidak dapat memenuhi banyak pesanan. Akibatnya perusahaan itu menjadi bangkrut setelah berjalan selama setahun.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR