Advertorial
Intisari-Online.com – Tom pergi menemui mentornya, Brian, saat ia merasa frustasi.
Kebetulan saat itu adalah musim dingin dan sang mentor menyalakan perapian.
“Apa masalahnya, Tom?” tanya sang mentor.
“Saya sepertinya tidak dapat menemukan motivasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek yang sedang saya kerjakan saat ini.”
“Hmm…,” jawab Brian.
“Hanya itu yang bisa Anda katakan?” tanya Tom.
“Saya butuh waktu untuk berpikir. Bisakah Anda memasukkan kayu itu ke perapian?”
“Baik.”
Mereka terdiam selama beberapa menit, menyaksikan api membakar kayu.
“Jadi, apa yang harus saya lakukan terhadap tingkat motivasi saya?” tanya Tom.
“Masukkan kayu lain ke perapian.”
“Baiklah. Tapi bisakah kita membicarakan tingkat motivasi saya sesudahnya?”
"Biarkan aku berpikir sebentar," jawab Brian.
Mereka menunggu beberapa menit lagi saat api berderak.
“Masih belum ada jawaban?” tanya Tom tak sabar.
“Beri saya waktu sedikit lagi. Bisakah Anda masukkan kayu itu ke perapian?
“Ya, tapi kalau menginginkan jawaban, seharusnya Anda bisa menjadi mentor saya,” kata Tom.
Kayu itu terus dimasukkan ke dalam perapian dan Brian berpaling menghadapi pengikutnya yang masih muda itu.
“Motivasi itu seperti api. Ia akan mati jika Anda tidak terus memberikannya bahan bakar agar tetap menyala.”
“Bagaimana saya melakukannya?” tanya Tom.
“Ada lima kayu gelondongan yang bisa Anda gunakan. Jadi, kapan pun Anda merasa api memudar, tanyakan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan ini: Apa yang saya mulai? Apa tujuan saya? Apa yang bisa saya pelajari hari ini? Tindakan apa yang bisa saya ambil saat ini? Orang-orang positif mana yang bisa saya jadikan teman yang akan mempengaruhi saya?”
Tom tersenyum dan bangkit berdiri.
“Sudah siap?” tanya Brian.
“Anda bertaruh,” jawab Tom. “Saya harus bekerja, saya bisa merasakan api sudah menyala.”
Ada kalanya tingkat motivasi kita berkurang.
Dengan mengajukan pertanyaan Brian kepada diri sendiri, kita dapat menemukan cara untuk mempertahankan tingkat motivasi dan menjaga agar api tetap menyala.