Advertorial
Intisari-Online.com – Sebulan yang lalu, publik dunia disajikan berita mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang mengantarkan Malia ke asrama.
Putri sulungnya itu memulai kuliah di Harvard dan akan tinggal di asrama sekolah.
Usai mengantarkan putrinya, dengan berkacamata hitam, Obama langsung masuk ke mobil SUV yang menunggunya.
Masyarakat tidak pernah tahu apa di balik sikap diam dan kacamata hitamnya itu.
Senin di hari berikutnya, Obama menghadiri banyak acara dan kegiatan. Dan emosinya terlihat baik-baik saja.
Benarkah Barack Obama tenang-tenang saja berpisah dengan putrinya?
Faktanya baru terungkap di acara Beau Biden Foundation di Delaware.
Itu adalah sebuah acara untuk mengenang mendiang Beau Biden, putra dari mantan Wakil Presien Joe Biden.
Dalam pidatonya, suami dari Michelle itu menceritakan apa yang sesungguhnya dirasakan.
“Aku mengantar Malia ke kampus dan bercerita pada Joe dan Jill (Biden) bahwa saat itu rasanya seperti mengalami operasi bedah jantung,” ceria Barack Obama.
“Aku bangga tidak menangis di depannya. Tapi dalam perjalanan pulang Secret Service menatap lurus ke depan, mereka berpura-pura tidak mendengar saat aku tersedu dan membersihkan hidungku. Itu sukar sekali,” tambahnya.
Menurutnya, hari itu mengingatkan dirinya akan ‘akhir dari hidup kita’.
Sepintar apapun kita, hal-hal yang akan kita ingat adalah kegembiraan anak-anak kita, dan harapannya suatu saat nanti, cucu-cucu kita, akan kita bawa.
Dilansir dari situs Mailonline, Malia Obama (19 tahun) tinggal di asrama kampus pada 21 Agustus, sehari sebelum teman-teman sekelasnya.
Tahun lalu, ia magang di perusahaan Harvey Weinstein di New York City.
Barack Obama ternyata tidak merahasiakan sisi emosinya bila mengingat momen bersama kedua putrinya.
Ia pernah menolak untuk berpidato dalam acara wisuda kelulusan SMA putrinya pada Juni lalu.
Ia lebih memilih duduk mendengarkan pidato seperti ‘seorang ayah sebenarnya’.
Padahal itu membuatnya bisa menitikan air mata dibalik kacamata gelapnya.