Advertorial

Pemanis Buatan, Memang Rendah Kalori Namun Justru Memicu Diabetes. Benarkah?

Agus Surono

Editor

Intisari-Online.com -Mereka yang ingin mendapatkan rasa manis namun tak mau direpoti oleh jumlah kalori, pasti akan lari ke pemanis buatan. Walau terbukti aman, tetapi ternyata pemanis buatan ada juga bahayanya. Salah satunya memicu diabetes tipe dua.

Menurut penelitian terbaru, konsumsi pemanis buatan meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe dua. Hal itu terjadi karena kemampuan tubuh mengontrol tingkat glukosa dalam darah terganggu.

Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula darah

(Hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2013, sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun menderita diabetes tipe 2. Ini berarti 6,9 persen dari total penduduk usia di atas 15 tahun. Tapi hanya 26 persen saja yang sudah terdiagnosis, sedangkan sisanya tidak menyadari dirinya sebagai penderita diabetes tipe 2.)

Peneltiian yang dilakukan oleh profesor di University of Adelaide, Australia, ini memang berskala kecil, hanya melibatkan 27 orang sehat. Penelitian dilakukan dengan memberikan beberapa kapsul yang mengandung pemanis buatan, yang jumlahnya setara dengan lima kaleng minuman diet.

(Baca juga:Ingat, Diabetes Melitus Bukan Melulu Soal Gula)

Kapsul tersebut mengandung sukralosa dan acesulfame K dan harus diminum tiga kali sehari selama dua pekan. Kelompok peserta lain diberikan kapsul plasebo.

Setelah penelitian selesai, tes menunjukkan mereka yang mengonsumsi pemanis buatan mengalami gangguan kemampuan tubuh untuk mengelola glukosa, yang berdampak langsung pada terjadinya diabetes tipe dua dalam jangka panjang.

Gula darah peserta juga secara signifikan meningkat setelah mengonsumsi pemanis buatan, di mana peptida baik mereka, yang mencegah kenaikan tingkat glukosa darah setelah makan dan minum, juga terganggu.

Walau demikian, studi ini masih dianggap kurang mewakili dan perlu dibuktikan dalam penelitian berskala besar.

Selain itu, meski diabetes tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting agar diabetes dapat segera ditangani. Pendeteksian dini memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes untuk dikendalikan.

Tujuanpengobatan diabetesadalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Mengubah gaya hidup juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2, misalnya dengan menerapkan pola makan sehat, teratur berolahraga, membatasi konsumsi minuman beralkohol, serta berhenti merokok.

(Baca juga:Makan Nasi Dingin Lebih Baik Dibanding Nasi Panas, Ini untuk Penderita Diabetes dan Mereka yang Ingin Mengontrol Gula Darah!)

Jenis diabetes ini merupakan penyakit yang progresif. Karena itu, penderita diabetes tipe 2 umumnya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.

Diabetes dapat mengakibatkan sejumlahkomplikasijika diabaikan. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. (*)

Artikel Terkait