Find Us On Social Media :

Kisah Sang Algojo: Beda Cara Menggantung Orang Gemuk dan Orang Kurus

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 15 September 2017 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com – Profesi algojo ternyata cuma pekerjaan sambilan. Di Inggris para algojo biasa mempunyai pekerjaan tetap lain: ada pemilik pub, buruh tambang, dan bahkan penjual es krim!

Berikut ini pengalaman Syd Dernley yang pernah ikut menggantung lebih dari dua puluh orang.

--

(Baca juga: Detik-detik Jelang Eksekusi: Permintaan Terakhir Terpidana Mati Ini Bikin Bulu Kuduk Berdiri)

Saya merasa terguncang,  mual dan lemas, ketika pertama kali menyaksikan orang digantung.

Saat itu sebagai asisten algojo saya menghadiri eksekusi atas James Farrell, yang memperkosa gadis berumur empat belas tahun, mencekik lalu membuang mayat korban ke semak-semak.

Farrell masih muda belia. Baru tiga hari sebelumnya ia berulang tahun ke-19 di selnya.

Mengantungi "saputangan"

Eksekusi dijalankan pukul 09.00. Dua menit sebelumnya, bersama seorang rekan calon algojo, yaitu Harry Allen, saya berada di luar pintu kamar eksekusi.

Beberapa meter dari kami, di muka pintu sel, berdiri algojo Albert Pierrepoint dan asistennya, Harry Kirk.  Begitu mereka menghilang ke dalam sel, kami pun masuk ke kamar eksekusi.

Kamar itu kecil, kira-kira 3 m2. Dindingnya dicat putih. Berhadapan dengan pmtu ada sebuah jendela di ketinggian. Jendela itu bukan cuma diberi terali, tetapi juga ditutupi dengan kawat.

Lantai kayu didominasi sebuah pintu jebakan, yaitu pintu yang membuka ke bawah. Di atasnya ada sepasang balok. Tingginya kira-kira 3 m dari lantai. Seutas tali yang ujungnya seperti kalung menjuntai ke bawah, setinggi kepala.

Harry dan saya berdiri merapat ke dinding. Kami lihat kepala penjara, under-sherrif dan para pejabat penjara sudah ada di sana. Beberapa di antaranya berwajah muram.