Penulis
Intisari-Online.com – Suatu hari seorang anak mendatangi ayahnya untuk meminta nasehat, “Ayah, saya tidak bisa melakukan ini lagi,” katanya.
“Pelajaran ini hanya menguras waktu saya, dan hasilnya tidak berubah. Pasti saya tidak ditakdirkan untuk bermain sepakbola dan mimpi saya tidak akan pernah terwujud.”
Sang ayah memandang anaknya dengan penuh kasih dan berkata, “Kau tahu Nak, setiap orang dalam hidup memiliki mimpi, tujuan hidupnya.
“Mereka adalah orang-orang yang membuat kita melakukan apa yang kita lakukan, karena itulah yang harus kita lakukan.
“Kita harus berjuang untuk apa yang kita percaya, apa yang kita rasakan. Dalam kasus lain, kau hanya akan istirahat. Sekali dan untuk semua.
“Cara termudah adalah berhenti dari segala hal dan tidak pergi sampai akhir, karena jalannya sulit dan kita tidak terbiasa dengan ketidaknyamanan.
“Kita ingin semuanya mudah dan sekaligus. Tapi keinginan itu hanya sekilas! Begitu mimpi kita mati, maka tujuan menjadi tidak terjangkau.
“Secara bertahap, kehidupan menjadi rutinitas tanpa kedalaman dan makna.
“Kemudian suatu hari, kita mencoba untuk melupakan dan memulai segalanya sejak awal, kita menunggu hari baru untuk membuat hidup kita berbeda.
“Tapi rintangan baru menghalangi kita, dan kita berhenti lagi. Kita menjadi penuh dengan keputusasaan dan kemarahan atas ketidakberdayaan kita sendiri.
“Kau hanya perlu mengingat satu hal: jangan pernah menyerah, bertarung, bertempur.
“Tidak masalah kau telah kehilangan satu pertempuran dan bahkan puluhan pertempuran. Hidup terus berlalu. Musuh terbesarmu bersembunyi di dalam dirimu, yaitu kemalasan, ketakutan, keragu-raguan.
“Jadilah pejuang impianmu, seorang kesatria dari tujuanmu dan seorang prajurit dari keinginanmu!”