Penulis
Intisari-Online.com – Penny penguin kecil menetas di liang kecil. Selama beberapa minggu pertama hidupnya, yang ia tahu adalah ruang kecil dan gelap yang disebutnya rumah.
Kemudian ibunya menatapnya dan berkata, "Ini saatnya Penny."
"Waktunya untuk apa ibu?"
(Baca juga:Mengembangkan Keberanian dari Ketakutan Bisa Menumbuhkan Rasa Percaya Diri)
"Sudah waktunya pergi ke sana, berenang di laut dan menangkap ikan." Ibunya menjawab sambil tersenyum.
"Tapi saya takut," kata Penny.
"Saya pernah mendengar ada anjing laut dan rubah dan hiu yang ingin memakan saya, dan bagaimana jika saya tidak dapat menangkap ikan? Saya suka di sini, aman dan hangat dan hanya itu yang saya tahu. Kenapa saya tidak bisa tinggal di sini selamanya? "
"Karena kau penguin, Penny. Kita menetas tidak untuk tetap bersembunyi di liang selamanya. Kita menetas untuk berenang, mengejar, untuk hidup. Ya, itulah risiko menjadi seekor penguin, tapi begitulah dirimu dan begitulah seharunya kamu hidup.”
Penny ragu sejenak dan terhuyung-huyung menuju pintu masuk liangnya.
Matanya berkedip saat ia melangkah ke bawah sinar matahari untuk pertama kalinya.
Dia melihat sirip kecilnya dan melambaikannya ke sekeliling.
Dan dia melangkah ke laut dan berenang.
Dan dia merasa benar-benar hidup!
Dilema Penny sama dengan yang kita alami.
Sangat mudah untuk menemukan tempat kecil yang gelap untuk menghabiskan hidup kita yang terasa aman dan nyaman dan tanpa risiko.
Kita tahu bahwa kita dimaksudkan untuk lebih, tapi terlihat terlalu menyeramkan.
"Bagaimana kalau salah?"
"Bagaimana jika saya gagal?"
"Bagaimana kalau saya tidak bisa melakukannya?"
Semua pertanyaan itu baik, tapi ada pertanyaan lebih besar yang lebih penting.
"Bagaimana jika saya sampai akhir hayat dan menyesal tidak meninggalkan liang yang nyaman untuk menjalani hidup yang seharusnya saya jalani, dengan segala risiko, bahaya dan sensasi pengejaran?"
(Baca juga:Lima Tips Berani Keluar dari Zona Nyaman!)
Penny membuat keputusan yang tepat.
Demikiankah kita?