Find Us On Social Media :

Utang Besar para Pejelajah Dunia pada Cengkih dan Pala Maluku, yang Dibayar dengan Cara Menyakitkan

By Ade Sulaeman, Kamis, 7 September 2017 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com - Jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara, para pedagang Cina sudah mencapai Kepulauan Rempah di Maluku.

Mereka datang untuk membeli cengkeh sejak sekitar abad ke-3 SM—mungkin bisa jauh sebelumnya.

Sementara itu cengkeh mulai populer di Eropa baru pada abad ke-8.

Mereka memanfaatkannya baik sekedar pewangi, bahan campuran pengawet makanan, maupun obat.

Perdagangan cengkeh telah berpusat di Malaka selama beratus-ratus tahun sebelum akhirnya Portugis menguasainya pada 1511.

(Baca juga: Cengkih, Emas Cokelat Asli Indonesia)

Kalau perdagangan cengkeh Nusantara telah populer sejak dua ribu tahun lalu, pala tampaknya baru sohor pada 400 tahun silam.

Suatu ketika pada abad ke-17 harga buah pala sontak melejit di pasar Eropa.

Penyebabnya, seorang dokter di Elizabethan, Kota London, telah mengumumkan bahwa pala merupakan satu-satunya penyembuh penyakit radang paru-paru (pneumonic plague).

David Parry dalam buku pengantar Exhibition of Antiquarian Maps and Prints of Indonesia, berpendapat bahwa pala pernah menjadi komoditi termewah di pasar Eropa pada saat itu.

Kabarnya, tingkat balik modalnya berlipat hingga 32.000 persen!

(Baca juga: Cengkih Rokok: Lahir Dari Keisengan)

Pandangan kartografi tentang Asia pertama kali muncul dalam Geographia karya Ptolemaeus pada abad ke-2.