Jangan Gunakan Obat Nyamuk Setiap Hari Karena Berbahaya Bagi Kesehatan. Mengapa?

Adrie Saputra

Penulis

Jangan gunakan obat nyamuk setiap hari karena berbahaya bagi kesehatan. Obat antinyamuk merupakan pestisida, meski bentuknya apa pun.

Intisari-Online.com – Secara kimia, obat anti-nyamuk merupakan insektisida.

Hanya boleh dipakai kalau terpaksa. Tapi faktanya, produk ini sering digunakan secara berlebihan.

Simak tulisan M. Sholekhudin, Jangan Gunakan Obat Nyamuk Setiap Hari, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 2007.

Akibatnya, ia tidak hanya berbahaya bagi nyamuk tapi juga buat manusia. Agar terhindar dari bahaya itu, ada beberapa trik yang bisa kita lakukan.

Seperti namanya, obat anti-nyamuk (yang dalam bahasa sehari-hari disebut obat nyamuk), dibuat untuk dikontakkan pada nyamuk, bukan manusia.

Baca Juga : Cara Mengusir Nyamuk Pakai Bahan Alami dan Menyegarkan, Begini Membuatnya!

Kandungan bahan aktifnya termasuk golongan insektisida, senyawa kimia pembasmi serangga. Senyawa-senyawa ini merupakan bahan asing yang tidak semestinya masuk ke dalam tubuh manusia.

Dalam bentuk apa pun, yang namanya insektisida tetaplah insektisida. Dibakar, disemprotkan, dipanaskan, maupun dioleskan di kulit, ia tetap insektisida.

Dalam dosis tepat, ia bisa membasmi nyamuk.

Namun jika dosisnya berlebihan, ia juga bisa berbahaya bagi manusia.

"Pemakaian insektisida adalah pilihan kritis bagi umat manusia," kata Dr. rer. nat. Budiawan, dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia.

Baca Juga : 7 Cara Mengusir Nyamuk di Dalam Ruangan dengan Bahan Alami, Yuk Coba!

Obat anti-nyamuk diciptakan karena memang terpaksa. Pemakaiannya semata-mata didasarkan pada pertimbangan bahwa manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

Di Indonesia, persoalan risiko-manfaat di bidang pernyamukan ini sudah jelas.

Kalau tidak dihalau, nyamuk bisa membawa penyakit malaria, demam berdarah dengue, chikungunya, dan sejenisnya.

Atau paling tidak, membuat kita stres dan kurang tidur.

Berdasarkan pertimbangan manfaat inilah, pemakaian obat anti-nyamuk punya alasan.

Karena termasuk insektisida, sebetulnya tidak ada obat anti-nyamuk yang betul-betul aman buat manusia.

Yang ada adalah obat antinyamuk yang "relatif lebih aman" dibandingkan dengan insektisida lainnya.

Baca Juga : Hati-hati, Bahaya Obat Nyamuk Bakar Bisa Setara dengan 75 Rokok, Ini Penjelasannya

Idealnya, obat anti-nyamuk yang baik memenuhi tiga syarat: ampuh, aman, dan kalau bisa, murah.

Masalahnya, tiga kata ini adalah kombinasi yang sulit.

Biasanya, semakin ampuh suatu insektisida, semakin tidak aman buat manusia.

Ini wajar karena semakin kuat daya basminya terhadap serangga, biasanya semakin kuat juga daya rusaknya terhadap organisme hidup lainnya seperti manusia.

Efek buruknya dari gangguan saraf, fungsi liver dan ginjal, sistem pernapasan, hingga efek karsinogenik (memicu kanker) dalam jangka panjang.

Contoh paling gampang adalah diklorvos dan propoksur. Dua insektisida ini pernah dipakai sebagai bahan aktif obat anti-nyamuk.

Produknya terkenal ampuh dan relatif lebih murah dibandingkan dengan produk sejenis.

Baca Juga : Nyamuk Raksasa Seukuran Koin Serbu Amerika dalam Jumlah Besar, Berbahayakah?

Tapi karena berbahaya bagi manusia, bahan ini kemudian dilarang dipakai sebagai obat anti-nyamuk.

Karena tidak ada yang benar-benar aman, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan bahaya itu. Ini kunci dari manajemen risiko.

Caranya tentu dengan sebisa mungkin menghindari kontak dengan insektisida itu.

Jangan di dekat kepala

Di pasaran, setidaknya ada empat bentuk sediaan obat anti-nyamuk yang populer, yaitu bakar, semprot, elektrik, dan oles.

Tiga jenis produk yang pertama biasanya mengandung insektisida alletrin, transflutrin, pralethrin, dan sejenisnya.

Baca Juga : Tak Mau Lagi Digigit Nyamuk? Begini 5 Cara Menghindarinya

Sedangkan sediaan obat anti-nyamuk oles biasanya mengandung dietiltoluamida (DEET).

Dari keempat jenis sediaan itu, menurut Budiawan, yang relatif paling berbahaya adalah sediaan obat anti-nyamuk bakar.

Peyebabnya tak lain karena inhalasi (hirupan) merupakan jalur cepat insektisida menuju paru-paru sekaligus peredaran darah.

Lebih dari itu, ketika produk itu dibakar, ia akan mengeluarkan setidaknya dua jenis senyawa kimia yang mestinya tidak boleh terhirup.

Pertama tentu bahan insektisidanya sendiri. Kedua, produk pembakaran yang tidak sempurna.

Baca Juga : Cara Ampuh Basmi 4000 Nyamuk Dalam Semalam Hanya Modal Kipas Angin dan Alkohol

Katakanlah isinya transflutrin. Saat obat anti-nyamuk dibakar, transflutrin ini akan menguap lalu bercampur dengan udara yang kita hirup.

Adanya panas juga bisa menyebabkan transflutrin terurai menjadi senyawa lain yang mungkin saja lebih berbahaya dari transflutrin itu sendiri.

Belum lagi masalah oksigen dan karbon dioksida. Risikonya tidak lagi dobel tapi tripel.

Adanya proses pembakaran membuat oksigen di dalam ruangan terpakai untuk proses pembakaran itu sehingga jatah oksigen buat kita akan berkurang.

Semua ini merupakan konsekuensi yang tidak bisa dihindari.

Yang bisa kita lakukan hanyalah sebisa mungkin meminimalkan kontak dengan hasil pembakaran. Salah satunya dengan cara tidak meletakkan obat antinyamuk tepat di bawah kita.

Baca Juga : Jangan Asal Semprot Obat Nyamuk Bila Tidak Ingin Menimbulkan Celaka Penghuni Rumah

Ini kebiasaan keliru yang lazim dipraktikkan.

Celakanya, kata Budiawan, tradisi meletakkan obat anti-nyamuk di bawah kita malah seolah mendapat pembenaran karena sebagian iklan obat anti-nyamuk bakar di televisi memberi gambaran seperti itu.

Agar asap yang terhirup sesedikit mungkin, obat anti-nyamuk sebaiknya ditaruh di tempat yang jauh dari kepala, misalnya saja di dekat kaki.

Dengan begitu, kalaupun terhirup, asapnya sudah lebih dulu berdifusi dan diencerkan oleh udara di dalam ruangan.

Selain itu, obat anti-nyamuk bakar disarankan hanya dipakai di dalam ruangan yang punya ventilasi cukup dan memungkinkan adanya sirkulasi udara.

Tidak boleh dipakai di ruangan tertutup.

Alasannya jelas. Jika tidak ada sirkulasi udara, maka semakin lama asap akan semakin pekat dan selama tidur kita akan menghirup insektisida plus karbon dioksida. "Kita 'kan butuhnya asap itu bekerja pada nyamuk, bukan kepada kita," ujarnya.

Baca Juga : Bikin Aksi 'Jangan Lupa Beri Makan Nyamuk', Wanita Siberia Ini pun Mengguncang Instagram

Dua jam sebelum tidur

Prinsip meminimalkan kontak juga berlaku dalam pemakaian obat anti-nyamuk semprot.

Salah satunya, saran Budiawan, penyemprotan ruangan sebaiknya dilakukan sekitar dua jam sebelum tidur.

Setelah disemprot, ruangan ditutup dulu untuk memberi kesempatan insektisida bekerja membasmi nyamuk sekaligus memberi waktu agar konsentrasi insektisida di dalam udara tidak terlalu pekat.

Setelah dua jam, ruangan baru dibuka. Akan lebih baik jika udara juga diberi kesempatan untuk bersirkulasi lebih dulu misalnya dengan cara membuka jendela.

Supaya tidak ada pasukan nyamuk yang masuk, tentu saja jendela harus telah dilengkapi dengan kasa nyamuk.

Tujuannya agar udara bisa masuk untuk mengencerkan konsentrasi insektisida dan bahan aerosol di dalam ruangan tanpa menambah nyamuk baru.

Baca Juga : Usir Nyamuk Sambil Sejukkan Mata, Tanam 5 Tumbuhan Ini di Halaman Rumah

Setelah ditinggal selama dua jam, tidak berarti udara ruangan sudah sama sekali bebas dari insektisida. Pada saat penyemprotan, partikel insektisida beterbangan di udara bersama partikel aerosol yang membawanya.

Setelah dua jam, partikel-partikel ini akan turun dan menempel di permukaan ruangan, baik di lantai, dinding, seprai, sarung bantal, atau mungkin meja, jika ada.

Saat kita tidur, bisa saja partikel ini menguap kembali dan terhirup lewat saluran napas. Untuk meminimalkannya, kita bisa menandai bagian atas dan alas bantal.

Sebelum ruangan disemprot, bantal dibalik sehingga bagian atas berada di bawah.

Dengan begitu, saat partikel insektisida turun, permukaan bantal yang terkena hanya bagian alasnya.

Saat akan dipakai untuk tidur, bantal itu kita balik lagi sehingga bagian alas yang banyak mengandung partikel insektisida itu tidak bersentuhan langsung dengan kepala kita saat tidur.

Baca Juga : 5 Alasan Mengapa Tubuh Seseorang Lebih Disukai Nyamuk Dibanding Orang Lain

Ini hanya salah satu cara sederhana. Kita bisa mengembangkannya lewat kreativitas sendiri. Misalnya, melapisi kasur dengan kain khusus saat penyemprotan ruangan.

Sehingga, bantal maupun seprai terlindungi dari partikel insektisida saat ia turun dan menempel di permukaan.

Lalu, sebelum kita tidur, kain penutup itu kita singkirkan sehingga paparan insektisida saat tidur bisa diminimalkan.

Saat penyemprotan, dosis semprotan juga jangan berlebihan. Seperlunya saja. Memang tidak ada angka yang jelas untuk masalah ini.

Tidak ada petunjuk berapa kali semprotan per meter kubik ruangan.

Batasan "seperlunya saja" itu sangat relatif. Namun, biasanya dosis semprot minimal bisa kita tentukan berdasarkan pengalaman.

Lewat cara coba-coba, kita bisa tahu berapa semprotan minimal sehingga kita bisa tidur dengan nyenyak tanpa gangguan nyamuk.

Baca Juga : Ingin Bebas dari Gigitan Nyamuk? Cobalah 5 Tips Ini, Ampuh Banget!

Jika telah ketemu dosis semprotnya, kita bisa menggunakan angka ini untuk pemakaian selanjutnya.

Agar dosisnya bisa minimal, sebaiknya semprotan langsung diarahkan ke tempat yang diyakini menjadi sarang nyamuk.

Misalnya, jika kita tahu nyamuk bercokol di pojok-pojok ruangan atau di kolong ranjang, maka tempat-tempat itu harus mendapat prioritas saat proses penyemprotan. Bukan di bagian- bagian yang relatif bersih dan tidak menjadi sarang nyamuk.

Supaya dosis semprot bisa minimal, sebaiknya kamar tidur tidak menjadi satu dengan fungsi lain, misalnya tempat menyimpan barang-barang atau menggantung pakaian.

Baca Juga : Benarkah Parfum Victoria Secret yang Mahal Itu Lebih Ampuh Tolak Nyamuk Dibanding Bebauan Lainnya

Sebab, semakin banyak barang di dalam kamar tidur, semakin banyak tempat nyamuk bersarang. Akibatnya, dosis semprot pun akan semakin besar.

Jangan terkecoh aroma

Jika kita menggunakan produk obat anti-nyamuk elektrik, manajemen risikonya tak beda jauh dengan obat anti-nyamuk bakar.

Patokannya, jangan meletakkan obat anti-nyamuk di dekat kepala.

Meskipun tidak mengeluarkan asap seperti obat anti-nyamuk bakar, produk ini tetap saja menghasilkan insektisida dalam bentuk uap.

Khusus untuk produk obat anti-nyamuk oles, manajemen risikonya sedikit berbeda dengan bentuk sediaan lain.

Pada sediaan oles, kontak insektisida tidak lewat inhalasi tapi melalui permukaan kulit.

Baca Juga : Cuma Modal Kipas Angin dan Alkohol, Ini Cara Ampuh Basmi 4.000 Nyamuk dalam Semalam Ini

Obat anti-nyamuk oles biasanya mengadung DEET. Bahan ini bersifat korosif, bisa mengiritasi kulit yang sensitif.

Menurut Budiawan, senyawa ini bisa saja masuk ke dalam peredaran darah dengan cara menembus membran kulit.

Karena itu produk-produk ini harus digunakan secara sangat hati-hati pada anak-anak. Jangan dioleskan di kulit yang luka. Tak perlu dioleskan tebal-tebal.

Mungkin kita akan berpikir, ini berbahaya, itu berbahaya. Terus, gimana dongl Ini pertanyaan yang wajar.

Pemakaian obat anti-nyamuk memang tidak bisa dihindari sama sekali. "Saya di rumah juga pakai.

Cuma tidak setiap hari, seperlunya saja. Kalau lingkungan bersih 'kan kita sebetulnya tidak memerlukannya," kata Budiawan.

Ini bisa menjadi ukuran. Jika kita setiap hari menggunakan obat anti-nyamuk, berarti ada sesuatu yang mestinya dibereskan lebih dulu.

Budiawan juga menyarankan agar kita sebagai konsumen tidak terkecoh oleh kesan obat anti-nyamuk sebagai sesuatu yang wangi, lembut, cocok dipakai setiap hari, setiap saat.

Aroma wangi sama sekali tidak mengurangi tingkat bahayanya buat kesehatan.

Insektisida tetaplah insektisida, apa pun bajunya.

Baca Juga : Selain Memiliki 100 Mata, Inilah Fakta-fakta Unik tentang Nyamuk yang Jarang Kamu Ketahui

Artikel Terkait