Penulis
Intisari-Online.com – Betawi punya soto, Bogor juga tak mau kalah. Keduanya punya ciri khas masing-masing. Pada soto bogor, kuahnya menggunakan santan.
Salah satu penjual soto bogor di Kota Bogor yang cukup kondang adalah Bang Ali. Serupa dengan umumnya soto bogor, soto di warung Bang Ali memang kuahnya dari santan.
(Baca juga:Empuk dan Segarnya Soto Sapi Pak Ngah di Bali yang Bikin Ngiler)
Tidak sulit untuk mencari warung soto Bang Ali. Begitu masuk kawasan kios Pasar Hewan Bogor, cari saja spanduk besar di depan warung: “Soto Santan Bang Ali Sejak Tahun 1975”.
Ya, warung soto ini memang sudah berusia lebih dari 40 tahun dan masih terus bertahan hingga sekarang. Jumlah pelanggannya pun tak pernah surut.
Salah satu karakter soto Bang Ali yang membuat pelanggan tetap setia adalah cita rasa soto yang khas dari kuah santannya yang putih, tidak kuning.
Cita rasa yang khas ini berasal dari rempah-rempah yang lengkap, di antaranya menggunakan bumbu khas Aceh yakni asam sunti.
Santannya pun memakai santan encer sehingga dihasilkan kuah yang agak asam dan segar.
“Kami menjaga rasa soto ini berdasarkan resep turun-temurun,” tutur Hadi, putera Bang Ali, yang menggantikan ayahnya.
Tangan Hadi pun dengan sigap mencomot potongan daging dan jeroan yang bertumpuk tertata di dalam baskom.
Tak hanya daging, untuk isi soto, kita bisa memilih bagian lainnya, misalnya jantung, limpa, paru, usus, otak, babat, lidah, dan kikil. Wah lengkap benar ya.
Kita bebas memilih lauknya, bisa tiga lauk dari satu jenis saja (misalnya daging), atau tiga lauk dari tiga jenis yang berbeda (misalnya daging, paru, dan babat).
Daging digoreng
Kekhasan lainnya dari soto ini, daging dan bagian lain tidak disajikan basah tapi kering. Setelah direbus sampai empuk, lauk-lauk ini digoreng kering lebih dulu sebelum disajikan bersama kuah soto.
(Baca juga:Di Jakarta Ada Bir Pletok, di Bogor Ada Bir Kocok. Dua-duanya Tak Mengandung Alkohol)
Ini berbeda dari penyajian daging pada soto bogor kebanyakan yang umumnya hanya direbus tanpa digoreng.
Pada soto Bang Ali, daging dan kawan-kawannya yang digoreng itu dipotong kecil-kecil, selanjutnya disiram dengan kuah santan yang segar.
Hasilnya, paduan renyahnya daging dan gurihnya kuah santan. Segar dan gurih.
Sebelum menyantapnya, jangan lupa tambah dengan sedikit kucuran air jeruk nipis dan sambal. Benar-benar membangkitkan selera.
Warung ini dikenal tertib dan ketat dalam melayani antrean pembeli. Begitu kita datang ke warung makan yang dominan bercat hijau ini, sebaiknya kita langsung memesan.
Sekalipun pembeli sedang berjubel, kita tak perlu khawatir disalip pembeli lain. Soalnya, pada saat kita memesan, tanpa kita tahu, pesanan kita telah dicatat dalam antrean. Kita hanya perlu duduk dan menunggu pesanan diantar.
Namun, itu juga berarti kita harus sabar jika datang dengan nomor antrean belakang. Jangan berharap mendapat pelayanan lebih dulu.
Harap maklum, pelanggan soto di warung ini banyaknya bukan main, dari berbagai kalangan, mulai dari yang datang berjalan kaki sampai yang berkendara mobil mewah.
(Baca juga:Makanan Khas Aceh: Setelah Kopi Sanger, Saatnya Cicip Mie Razali dan Sate Matang)
Yang datang terakhir pastilah akan mendapat pelayanan paling akhir pula. Beragamnya latar belakang pelanggan Bang Ali menunjukkan betapa resep sotonya dapat diterima oleh berbagai kalangan. (Fay/RON)
(Seperti pernah dimuat di Buku Wisata Jajan Jabodetabek – Intisari)