Find Us On Social Media :

Romeo dan Juliet ala Toraja yang Tak Terpisahkan Hingga di Alam Kematian

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 September 2017 | 13:00 WIB

Intisari-Online.com – Cerita Shakespeare itu ternyata terjadi juga di Toraja. Itulah yang dapat Anda jumpai di Gua Londa.

Sampai di mana kebenaran cerita itu, sebaiknya Anda buktikan sendiri. Itu hanya salah satu objek wisata menarik yang dapat Anda jumpai di Toraja.

Kalian beruntung. Besok saya akan mengajak kalian ke pesta kematian keluarga saya," kata pramuwisata yang menjumpai kami ketika tiba di Rantepao, ibu kota Kabupaten Tana Toraja.

"Jalannya tidak jauh, hanya 2,5 km." Tadinya biarpun cuma 2,5 km, saya tidak tertarik, karena dalam praktek 2,5 km itu bisa lebih.

Namun, kesempatan seperti itu toh tidak akan datang begitu saja. Soalnya, kami ke Tana Toraja tanpa mencari informasi ada tidaknya pesta kematian.

Padahal pesta kematian merupakan salah satu titik puncak kepariwisataan di Tana Toraja. Jadi kami pergi juga.

Ternyata medan yang harus kami tempuh di luar perkiraan. Karena malamnya baru hujan, jalannya jadi licin, sampai kami harus merosot, merangkak atau menerobos.

Pesta itu dilaksanakan di Desa  Angin-Angin, 7,5 km dari Rantepao. Tidak sulit untuk mencari arahnya. Soalnya, dari jauh sudah terdengar deru generator.

Konon untuk mengambil air. Kami tiba di tempat ltu dengan kaki berlepotan.

Khusus untuk pesta kematian itu didirikan bedeng-bedeng dari bambu di atas tiang, jauh dari daerah perumahan, di daerah agak bertebing.

Ngeri juga kalau melihat lubang menganga di antara sela-sela lantai bedeng yang tidak rapat.

Di salah satu bedeng ditaruh jenazah Markus Bokko (62), yang dimasukkan dalam peti berwarna merah dan ditunggui oleh sanak keluarga dan tamu yang semuanya berpakaian serba hitam. Banyak yang datang untuk menginap.