Find Us On Social Media :

Perang Melawan Terorisme di Afghanistan Terancam Gagal, Bahkan Presiden Trump Nyaris Menyerah

By Ade Sulaeman, Kamis, 24 Agustus 2017 | 14:15 WIB

Intisari-Online.com - Serangan teror 11 September yang menghantam AS mirip dengan serangan Pearl Harbour yang terencana matang demikian pula akibat yang ditimbulkan.

Baik dari sisi politik, militer, intelijen, ekonomi, maupun moril, serangan mematikan itu telah berhasil mencapai targetnya.

Superioritas militer dan intelijen AS hancur, kedua sistem tiu ternyata telah gagal total untuk mencegah bencana yang terjadi di dalam negaranya sendiri.

Amerika yang dari sisi sejarah belum pernah diserang oleh negara lain, teror 11 September ternyata bisa membuktikan bahwa negara adidaya itu bisa diserang secara mematikan (American under attack).

Serangan 11 September benar-benar telah membuat pemerintah dan militer AS kebakaran jenggot dan perlu dilakukan tindakan balasan untuk menaikkan moril seluruh bangsa AS yang sedang jatuh.

Seperti ketika Pearl Harbour digempur, akibat serangan fatal 11 September yang menurut AS didalangi oleh kelompok militan al-Qaeda, serangan balas dendam yang dikemas dalam Perang Melawan Terorisme (War On Terrorism) pun gelar.

Negara Afghanistan yang diklaim oleh AS sebagai sarang dan pendukung al-Qaeda pun digempur.

Peperangan yang mungkin saja melawan rekan sendiri yang dulu pernah sama-sama berjuang mengusir pasukan Rusia dari Afghanistan pun berlangsung secara berkepanjangan dan kembali diwarnai oleh keberhasilan serta kegagalan operasi militer dan intelijen AS.

Tidak hanya Afghanistan yang menjadi sasaran gempuran balas dendam AS dan sekutunya, Irak juga digempur oleh pasukan AS dan koalisinya (2003) dengan tuduhan telah memproduksi senjata pemusnah massal.

Operasi serbuan ke Irak yang bersandi Operation Enduring Freedom berlangsung sekitar satu bulan dan berhasil menunjukkan sekaligus memamerkan kekuatan militer AS.

(Baca juga: 'Surga Dunia' yang Dijanjikan ISIS itu Berwajah Neraka dan Teror)

Tapi dalam peperangan yang terus berlangsung baik yang berada di medan tempur Irak maupun Afghanistan korban justru mulai berjatuhan di pihak militer AS dan koalisinya.