Penulis
Intisari-online.com—Gangguan prostat yang paling banyak terjadi adalah pembesaran kelenjar prostat jinak (PPJ) atau benign prostatic hyperplasia (BPH).
Kondisi ini terjadi gara-gara adanya perubahan hormon seiring pertambahan usia.
Sebaliknya jika pembesaran kelenjar prostat bersifat ganas baru dikatakan sebagai kanker prostat.
Tanda paling sederhana yang dapat dikenali untuk mendeteksi PPJ adalah kebiasaan buang air kecil seseorang. Seperti kucuran air kencing yang lemah dan terputus-putus.
Adapula keadaan seseorang harus mengejan saat kencing karena air seni tidak keluar. Padahal rasanya sudah kebelet pipis.
Pada kasus PPJ parah, air kencing malah tidak keluar sama sekali. Jika kondisi ini sering terjadi terutama di malam hari, maka perlu dilakukan pemeriksaan ke dokter.
Semakin cepat, semakin baik. Apalagi PPJ, jika dibiarkan dapat berubah menjadi kanker prostat.
Seiring tumbuh kembang pria sejak ia masih bayi, ukuran prostat juga mengalami perkembangan.
Pada usia 35 tahun, kelenjar ini mulai mengalami perubahan sel sehingga terjadi pembesaran.
Dan perubahan ini semakin aktif terjadi saat umur pria semakin menua.
(Baca juga: Wahai Pria, Jangan Sampai Gangguan Prostat Merusak Hidup Terutama Kehidupan Seksual Anda)
Kondisi inilah yang menjadi penyebab prostat mengalami gangguan. Penyebab lainnya, masih belum begitu jelas.
“Ada yang bilang gangguan prostat terjadi karena aktivitas seksual yang kurang atau berlebihan, itu justru dugaan yang salah,” jelas dr. Gideon F.P, Sp.U di Jakarta.
Faktor risiko PPJ yang paling tinggi, kata dia, adalah usia dan perubahan hormon tadi.
Semua pria, sekalipun merasa tidak sakit sebaiknya meluangkan waktu untuk memeriksakan diri.
Karena kadangkala, gangguan prostat juga tidak menunjukkan gejala.
(Baca juga: Agar Prostat Sehat, Ubahlah Gaya Hidup dan Konsumsi Makanan-Makanan Berikut Ini)
Apalagi jika seseorang mengalami gelaja seperti yang disebutkan di atas tadi, perlu segera berdiskusi dengan dokter.
Agar dapat diketahui jenis gangguan prostat apa yang dialami.
Untuk PPJ misalnya, deteksi dini dapat dilakukan melalui tes urine (untuk mengetahui apakah kondisi seseorang mengalami batu ginjal atau PPJ), biopsi prostat, tes PSA darah, tes kelancaran aliran urine, colok dubur, dan USG.
Jika seseorang kemudian didiagnosis mengalami gangguan prostat, maka tindakan penanganan harus segera dilakukan.
Tentu setiap orang berbeda cara penanganannya. Tergantung pada jenis gangguan prostat, kondisi kesehatan penderita, usia, dan ukuran prostat penderita itu.
Khusus PPJ ringan umumnya dapat ditangani dengan terapi obat dan perubahan gaya hidup.
Namun jika gejalanya berat bahkan terdiagnosis kanker prostat, maka operasi menjadi jalan keluarnya.
Selain pembesaran prostat dan kanker prostat, gangguan prostat lainnya yang mungkin saja timbul adalah inflamasi/peradangan pada kelenjar prostat yang sering disebut dengan prostatitis.
Gangguan prostat jenis ini tidak mengenal usia, sebab semua pria mungkin mengalaminya. Bahkan pria berusia 50 tahun ke bawah patut lebih waspada.
Sifatnya kambuhan. Kadang muncul tiba-tiba kemudian berkembang perlahan dalam beberapa bulan.
Situs WebMD menyebutkan bahwa prostatitis ditandai dengan pembengkakan dan peradangan prostat.
Gangguan prostat ini juga bisa terjadi akibat infeksi kandung kemih.
Selain itu juga berisiko terjadi pada seseorang yang mengalami cedera panggul, dehidrasi, dan kelainan struktur saluran kemih.
Gejalanya beragam, tergantung jenis prostatitis yang dialami.
Misalnya, untuk kasus prostatitis akut (acute bacterial prostatitis) penderita dapat mengalami demam, panas-dingin, nyeri otot, nyeri sendi, sakit pada penis, nyeri punggung bawah, dan sulit kencing.
Apabila sudah berat alias akut, penanganannya harus disegerakan. Karena sudah terjadi infeksi bakteri pada prostat yang masuk melalui kandung kemih.
Prostatitis dianggap kronis jika tidak kunjung sembuh dalam jangka waktu tiga bulan. Kondisi ini disebut prostatitis kronis alias chronic bacterial prostatitis. L
ebih banyak menyerang pria tua. Gejalanya yaitu kebelet pipis di malam hari, sakit saat berkemih, rasa sakit setelah ejakulasi, nyeri punggung bawah, dan air mani berdarah.
Hampir sama dengan PPJ, prostatitis dapat didiagnosis melalui tes darah, tes urine, dan tes kandung kemih.
Dari pemeriksaan tersebut dapat dilihat, apakah ada tanda-tanda infeksi bakteri atau tidak.
Setelah diagnosis tegak, barulah tindakan pengobatan dilakukan. Umumnya melalui pemberian obat-obatan dan antibiotik.