Find Us On Social Media :

Konflik Indonesia-Malaysia ‘Kambuhan’, Hanya Inilah ‘Obat Paling Manjur’ untuk Mengatasinya Menurut Pak Harto

By Ade Sulaeman, Selasa, 22 Agustus 2017 | 13:00 WIB

Intisari-Online.com - Pada 1961-1966 meletus konfrontasi Indonesia dan Malaysia yang kemudian memicu konflik bersenjata di perbatasan.

Pertengahan tahun 1964 konfrontasi Indonesia-Malaysia makin memuncak apalagi setelah pasukan TNI AU menerjukan sekitar 100 pasukan ke wilayah Labis dan kemudian Johor.

Aksi ini nyaris menyulut aksi balasan besar-besaran yang akan dilancarkan RAF dan AL Inggris.

Jika pesawat-pesawat tempur RAF yang berpangkalan di Singapura sampai menyerang Jakarta, konflik Indonesia-Malaysia pasti berubah kepada kondisi yang sangat merugikan Indonesia.

Untuk mengatasi hal terburuk itu, Mayor Benny Moerdani yang bersama sejumlah pasukan RPKAD sedang melakukan operasi intelijen, dipanggil pulang ke Jakarta pada bulan Agustus 1964.

Untuk pulang ke Jakarta dari pedalaman Kalimantan bukan sesuatu yang mudah bagi Benny.

Pasalnya ia harus berjalan kaki selama empat hari ke kawasan Long Sembiling, lalu disusul melewati belasan jeram sebelum mencapai sungai besar yang menjadi sarana transportasi utama di Kalimantan.

Setelah menyusuri sungai besar tersebut Benny pun akhirnya tiba di Tarakan dan selanjutnya terbang ke Jakarta.

Menyadari bahwa jika pasukan Inggris sampai mengerahkan seluruh kekuatannya akan berakibat fatal, pemerintah Indonesia pun segera melakukan penyempurnaan terhadap organisasi pertahanannya.

Komando KOGA yang menurut Presiden Soekarno dianggap tidak bisa berjalan efektif kemudian diubah menjadi Komando Mandala Siaga (KOLAGA).

Dalam struktur komando ini Omar Dhani menjabat panglima namun kekuasaannya mulai berkurang karena wilayah komandonya dibatasi hanya di mandala Sumatra dan Kalimantan.