Penulis
Intisari-Online.com – Pernahkah Anda mengalami hal seperti ini?
Saat pikiran Anda tidak dapat berhenti memikirkan skenario demi skenario buruk yang mungkin saja terjadi dalam hidup.
Padahal, jelas sekali bahwa hampir semua kekhawatiran itu tidak ada gunanya. Apalagi jika kekhawatiran itu berlebihan hingga mengontrol hidup kita. Bisa bahaya!
(Baca juga:Kekhawatiran Pasti Menggerogoti Hati yang Gembira, Ia Adalah Pencuri Kebahagiaan)
Situs Lifehack.org menyebut bahwa kekhawatiran berlebihan sama halnya dengan meletakkan pikiran pada tempat yang salah, pada tempat yang tidak tepat.
Kok bisa?
- Kekhawatiran berlebihan berarti seseorang menggunakan imajinasinya dengan cara yang salah. Ia cenderung mengerahkan pikirannya untuk memikirkan “bagaimana jika”, “seharusnya”, alih-alih menyelesaikan masalah itu.
- Khawatir berlebih cenderung terjadi pada orang yang terlalu fokus pada masa depan. Padahal jelas sekali, khawatir itu merampas kebahagiaan hari ini.
- Khawatir berlebih membuat seseorang terus berprangsangka pada pikiran orang lain. Ia berusaha membaca pikiran orang lain, namun gagal. Akibatnya ia terus berprasangka, kekhawatiran makin menjadi, dan salah paham kerap terjadi.
Orang yang cenderung khawatir berlebihan berpikir bahwa dirinya bisa mengubah kebiasaan itu. Padahal, ia hanya sibuk khawatir tanpa mengerjakan apa-apa.
Jika di antara kita ada yang terjebak pada kebiasaan ini, sebaiknya buang perilaku itu segera mungkin. Jika terus dipelihara, dampaknya bisa merugikan.
Khawatir berlebihan bisa menyebabkan:
- Selalu merasa terancam, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun.
- Merusak konsentrasi dan cara berpikir yang jernih.
- Terlalu fokus pada masalah, bukan solusi.
- Menurunkan kualitas sistem imun.
- Menyebabkan insomnia.
(Baca juga:Miliarder Waswas dengan Kondisi Pasar Saham)
Lalu bagaimana cara membuang kebiasaan itu?
- Tuliskan semua kekhawatiran kita, lalu tinjau kembali atau mengevaluiasinya.
- Fokuslah pada hal-hal eksternal ketimbang pikiran-pikiran sendiri.
- Tantang diri untuk melihat semua kekhawatiran itu dengan perspektif yang berbeda.
- Ingatlah bukan pikiran yang mengendalikan kita namun kita sendiri yang harusnya mengendalikan pikiran.