Penulis
Intisari-Online.com – Mereka bisa berjam-jam berbicara di telepon dan saling menelepon selama berhari-hari.
Kapan pun mereka bersama, tidak ada satu pikiran sedih yang terlintas dalam pikiran mereka.
Semuanya baik-baiks aja dan persahabatan mereka luar biasa.
(Baca juga:Sudah Diingatkan Tapi Bung Karno Nekat Mencintai Naoko Nemoto Dari Jepang. Apa Sebabnya? )
Tapi pada suatu hari, remaja pria itu tidak menjawab telepon sang gadis atau mengirimkan pesan teksnya sepanjang hari.
Gadis itu sangat khawatir ada yang tidak beres. Malam harinya, ia tidak bisa berbaring untuku tidur, ia sedang duduk di kamarnya sambil menangis. Saat itulah ia merasa betapa pria itu berarti baginya.
Keesokan paginya, gadis itu terbangun karena bunyi telepon.
“Hai,” kata pria itu.
“Saya senang engkau menelepon,” kata gadis itu. “Apa yang terjadi padamu kemarin?”
“Saya sibuk,” kata pria itu. Gadis itu tahu ada yang salah tapi ia tidak bisa bertanya.
“Kau tahu, kita harus berhenti saling menelepon,” kata pria itu.
“Apa?! Tapi… kenapa?!” tanya gadis itu.
“Maaf…. Selamat tinggal,” kata pria itu.
Pria itu memutuskan teleponnya. Dan gadis itu merasa seperti seseorang membanting pintu di wajahnya.
(Baca juga:Ketika Kita Memaafkan Seseorang Tanpa si Pelaku Tahu Kita Telah Mamaafkannya)
Banyak hal terlintas dalam benak gadis itu, air mata mengalir di sekujur tubuhnya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ia mulai kesepian, sedih, dan patah hati. Ini adalah jawaban untuk semuanya.
Kata-kata pria itu bagai mengiri-iris hatinya. Hatinya bergolak! “Kenapa?” teriak gadis itu menjerit. Lalu ia memutuskan untuk mendapatkannya kembali. Gadis itu menelepon pria itu.
“Hai,” kata gadis itu.
“Mengapa kau menelponku?” tanya pria itu.
“Aku perlu memberitahumu sesuatu,” kata gadis itu.
“Silakan.”
“Aku hanya ingin kau tahu satu hal sebelum kita berhenti berbicara!”
“Katakan padaku.”
“Apa kau baik-baik saja?” tanya gadis itu.
Tak ada jawab. Ia mungkin tidak peduli lagi padanya, pikir gadis itu. Air mata perlahan-lahan mengalir di pipinya. Ia meninggalkan rumah dengan catatan.
Lima jam kemudian.
Telepon berdering di kamar pria itu. Ibu gadis itu mengatakan kepadanya bahwa gadis itu terbaring di rumah sakit, tertabrak mobil.
Segera ia letakkan telepon dan bergegas ke rumah sakit tempat gadis itu berada. Gadis itu membuka matanya ketika mendengar suara pria itu. Pria itu meraih tangan gadis itu.
“Maafkan aku, itu salahku,” kata pria itu. “Tapi aku janji saat kau membaik aku akan membuatnya seperti apa yang kau inginkan.”
“Saya tidak akan menjadi lebih baik,” kata gadis itu.
“Tidak! Jangan bilang begitu,” kata pria itu.
“Katakan padaku satu hal, mengapa kau melakukannya?” tanya gadis itu.
(Baca juga:Penting tapi Sederhana, 6 Cara Menunjukkan Rasa Cinta kepada Pasangan)
Pria itu memberitahu bahwa ia memiliki masalah dengan jantungnya dan ia tidak ingin gadis itu khawatir dan ada risiko ia bisa meninggal.
“Aku melakukan itu karena aku mencintaimu,” kata pria itu.
“Aku juga mencintaimu,” kata gadis itu. Dan setelah itu jantungnya berhenti berdetak. Ia meninggal.
Pria itu meninggal 10 menit kemudian karena serangan jantung. Ia tidak bisa hidup dengan pikiran bahwa gadis itu meninggal karena ia.
Jika Anda mencintai seseorang, jangan menahan perasaan Anda karena cinta adalah salah satu alasan utama yang kita jalani. Cinta itu indah.