Penulis
Intisari-Online.com - Selama hidupnya saat menjabat sebagai Presiden pertama RI Bung Karno ternyata cukup akrab dengan pasukan pengawal Presiden (Paspampres) yang saat itu bernama Cakrabirawa.
Menurut salah satu personel Paspampres yang cukup dekat dengan Bung Karno, Maulani Saelan seperti dukutip dalam buku Maulani Saelan Penjaga Terakhir Soekarno, dengan para personel Paspampres, Bung Karno suka mengobrol dan bahkan diskusi tentang topik apa saja.
Mengobrol santai memang menjadi kesenangan tersendiri bagi Bung Karno, suatu kebiasaan positif yang jika diamati sering juga dipraktekkan oleh Presiden Joko Widodo terhadap para personel Paspampres.
Obrolan santai Bung Karno dengan para personel Paspampres biasa dilakukan di mana saja seperti ketika sedang berada di Istana Negara, Istana Bogor, bahkan ketika Bung Karno bersama para Paspampres sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.
Materi yang diobrolkan Bung Karno juga beragam mulai dari lelucon, karya seni, politik, dan perempuan.
Meskipun hampir semua anggota Cakrabirawa merasa nyaman ketika mengobrol dengan Bung Karno, mereka juga ketakutan ketika Bung Karno sedang marah besar.
Sewaktu marah Bung Karno akan memaki-maki tanpa pandang bulu dan tanpa tedeng aling-aling terhadap siapa saja yang ada di dekatnya.
Biasanya kalau sedang marah besar Bung Karno lebih suka memaki-maki menggunakan Bahasa Belanda atau Bahasa Inggris dibandingkan menggunakan Bahasa Indonesia.
Satu-satunya ajudan yang berani menghadap Bung Karno ketika sedang marah bukan dari personel Cakrabirawa tapi dari kepolisian.
Nama ajudan ini adalah Prihatin. Dalam Bahasa Jawa kata “prihatin” mencerminkan orang yang selalu “tabah dan prihatin”.
(Baca juga:Inilah yang Dilakukan Bung Karno Setelah Menempeleng Orang?)
Maka jika Bung Karno sedang marah besar, Cakrabirawa selalu menyodorkan Prihatin sebagai tameng.
Bung Karno sendiri sudah paham terhadap “taktik konyol” Cakrabirawa itu.
Suatu kali ketika sedang beristiahat di Istana Tampaksiring Bali, Bung Karno berkata kepada para personel Cakrabirawa.
“Kamu orang itu terlalu. Ketika saya sedang marah, selalu Prihatin yang kau suruh menghadap. Dia sering saya semprot dan saya tahu dia tidak salah. Saya merasa kasihan sama Prihatin. Lha mbok kalau saya sedang marah, yang disuruh menghadap saya seorang wanita cantik dengan membawa map surat-surat yang harus saya tanda tangani, kan saya tidak jadi marah.”