Penulis
Intisari-Online.com - Perokok yang juga menggunakan rokok elektrik (e-rokok) cenderung lebih mudah menghentikan kebiasaan tersebut menurut sebuah penelitian.
Sekitar 65 persen vaper (pemakai e-rokok) berusaha untuk berhenti merokok dibandingkan 40 persen mereka yang tak menggunakan e-rokok.
Vaping juga meningkatkan peluang sukses berhenti merokok sementara (wannabe-quitter), dengan delapan persen berhasil berhenti merokok setidaknya tiga bulan dibandingkan dengan lima persen perokok tradisional.
Peter Hajek, direktur unit riset kesehatan dan gaya hidup di Queen Mary University, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, “Sudah jelas bahwa e-rokok membantu perokok menggantikan rokok tradisional.”
Namun, Dr Aruni Bhatnagar, direktur Pusat Penelitian dan Penanggulangan Tembakau Asosiasi Jantung Amerika, menambahkan, "Kami tidak tahu apakah pindah ke e-rokok juga cukup baik untuk mengurangi bahaya merokok."
(Baca juga:Rokok Elektronik Picu Remaja Merokok Konvensional)
Bagaimana penelitian ini dilakukan
Periset dari University of California di San Diego menganalisis data yang dikumpulkan oleh Sensus AS dari tahun 2001 sampai 2015.
Pengguna e-rokok diidentifikasi dari survei terbaru, sementara angka perokok yang berhenti diperoleh dari mereka yang telah melaporkan sudah merokok selama 12 bulan sebelum survei.
Hasilnya dibandingkan dengan empat survei sebelumnya.
Seperti yang sudah disinggung tadi, 65 persen vaper mencoba berhenti merokok sedangkan 40 persen tidak memakai vape.
Sekitar delapan persen dari para vaper berhasil menjauhkan diri dari merokok setidaknya tiga bulan dibandingkan dengan lima persen perokok tradisional.
Temuan tersebut dipublikasikan di jurnal BMJ.
(Baca juga: Bahaya Di Balik Rokok Elektrik)
“E-rokok membantu perokok melepas rokoknya.”
Hajek mengatakan, “Sangat jelas bahwa e-rokok membantu perokok menggantikan rokok tradisionalnya.”
Dia menambahkan bahwa perangkat vaping tidak boleh diatur secara ketat. "Dengan cara itu, perokok bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa bunuh diri."
Awal bulan ini, sebuah panel di DPR memperbarui upayanya untuk mencegah Food and Drug Administration untuk meminta tinjauan keamanan dari rokok elektronik yang sudah ada di pasaran.
Christopher Bullen, profesor kesehatan masyarakat di University of Auckland, mengatakan bahwa efek buruk dari e-rokok cenderung jarang terjadi dibandingkan dengan bahaya terus merokok tradisional.
“Jika setiap perokok mengganti rokok sepenuhnya, akan ada manfaat kesehatan masyarakat yang dramatis dan dalam jangka waktu segera.”
Namun, yang lain memperingatkan bahwa efek samping e-rokok jangka panjang belum diketahui.
Dr Bhatnagar mengatakan, "Kami hanya tidak tahu apakah pindah ke e-rokok cukup baik untuk mengurangi kerugiannya."