Penulis
Intisari-Online.com -Sungguh, berbahagialah mereka yang sudah menikah.
Beberapa studi mengatakan, pasangan yang telah menikah mendapatkan manfaat kesehatan lain daripada mereka yang tak memiliki pasangan, bercerai, janda, atau duda.
Menurut penelitian, orang-orang yang telah menikah memiliki tingkat hormon kortisol (hormon stres) yang lebih rendah.
(Baca juga:Masih Jomlo? Jangan Khawatir, Inilah 3 Manfaat Hidup Melajang)
Nah, hormon kortisol inilah yang kerap menimbulkan masalah pada kesehatan.
Sebab bila diproduksi secara berlebihan, ia dapat berkontribusi menimbulkan peradangan dan penyakit kronis.
Selain itu, peneliti dari Carnegie Mellon University menemukan, orang yang telah menikah memiliki raut wajah yang lebih fresh.
Wajahya jauh dari tanda-tanda stres dan masalah psikologis.
Hal ini sekaligus memberikan bukti biologis pertama yang bisa menjelaskan komitmen dalam berhubungan dapat berdampak langsung terhadap kesehatan.
Menurut beberapa ahli, secara keseluruhan orang yang telah menikah memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menikah atau telah bercerai.
(Baca juga:Hati-hati, Menikah di Usia Ini Berpotensi Lebih Besar untuk Bercerai)
Ada hal menarik yang perlu kita simak di sini. Ternyata, orang yang telah menikah tingkat kortisolnya cenderung turun lebih cepat sepanjang sore hari.
Lain halnya dengan mereka yang tidak menikah. Proses turunnya kortisol tersebut relatif lebih lambat.
Nah, penurunan kortisol secara cepat ini dikaitkan dengan turunnya risiko penyakit jantung dan masalah kesehata lain. Mengagumkan, bukan?
Tingginya tingkat kortisol dalam tubuh kita bisa disebabkan oleh stres yang sedang berlangsung.
Akibatnya, dapat mengganggu tubuh untuk mengatur peradangan. Secara singkat, peradangan adalah respon tubuh terhadap ancaman dari luar seperti stres, infeksi, atau bahan kimia beracun.
(Baca juga:Menurut Penelitian, Kejomloan Bisa Membunuhmu Lebih Cepat, Segeralah Cari Pasangan!)
Nah, terganggunya sistem peradangan ini dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan. Misalnya, masalah jantung, rendahnya sistem imun, diabetes, dan kanker.
Namun, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology ini hanya mengidentifikasikan hubungan antara pernikahan dengan tingkat kortisol.
Jadi, peneliti hanya bisa berspekulasi berdasarkan penelitiannya. Sebab ada juga studi lain yang menggunakan subjek penelitian yang sama dengan penelitian ini, tapi hasilnya berbeda.
Penelitian itu mengatakan pernikahan tidak mempengaruhi risiko seseorang untuk menghalau penyakit. Misalnya, demam atau pilek.
Secara keseluruhan, penulis dalam jurnal Psychoneuroendocrinology mengatakan bahwa temuan mereka dapat dipertangungjawabkan.
(Baca juga:Batal Menikah, Wanita Ini Undang Tunawisma Untuk Berpesta)
Setidaknya, dalam kenyataan pernikahan kerap kali dipuja-puja karena keajaibannya dalam meningkatkan kesehatan.
Menurut professor Sheldon Cohen, PhD, penulis dalam studi, data ini bisa memberikan wawasan penting tentang keintiman hubungan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan kita.