Pasukan Gabungan Inggris Sukses Dievakuasi Melalui Dunkirk Berkat Pengalaman Serupa di Gallipoli Pada Perang Dunia I

Moh Habib Asyhad

Penulis

Pasukan gabungan Inggris dievakuasi dari Gallipoli, Turki

Intisari-Online.com -Dalam Perang Dunia I Inggris dan sekutunya, terutama pasukan ANZAC (Australian and New Zealand Army) serta Prancis pernah menyerbu Gallpoli, Turki, lewat laut dengan mengerahkan ratusan ribu pasukan..

Tapi serbuan yang dilakukan pada bulan April 1915 tu mendapat perlawanan sengit dari pasukan Turki yang dibantu Jerman dan berakibat gagalnya pasukan gabungan Inggris untuk menguasai Gallipoli.

(Baca juga:Willy Coppens, Pilot Jagoan Pembasmi Balon Udara Pada Perang Dunia I)

Pasukan gabungan Inggris terjebak dalam peperangan yang stagnan karena tidak pernah mendapat kemajuan tempur akhirnya frustasi.

Menyadari peperangan di Gallipoli semakin tidak populer karena tak ada kemajuan, sementara korbannya pun juga besar, maka bulan November Kabinet Inggris mengirim Menteri Peperangan Lord Kitchener memimpin misi pencari fakta langsung ke Gallipoli.

Kitchener yang merupakan pahlawan Inggris dalam kampanye militer di Sudan, terkejut menyaksikan sendiri betapa parahnya situasi medan dan kondisi pasukan Inggris dan sekutunya , yang sebagian lemah karena berbagai penyakit.

Dia pun sampai pada kesimpulan perlunya Sekutu tak akan mempu merebut Gallipoli dan sebaiknya menghentikan perangnya di Turki.

Ia mengirim telegram kepada PM Asquith, mengusulkan pasukan Sekutu dievakuasikan dari semenanjung tersebut.

Kabinet Perang Inggris menyetujui, dan perintah rahasia untuk evakuasi segera dikeluarkan.

Bertolak belakang dari usaha pendaratan yang penuh aral dan pengorbanan, maka evakuasi dari Gallipoli berhasil dijalankan dengan mulus, tanpa menimbulkan korban.

Bahkan dalam evakuasi ini, Sekutu berhasil mengecoh Turki yang tidak mengetahui bahwa musuhnya mulai pergi diam-diam.

Kalaupun Turki mengetahui manuver Sekutu itu, mereka pun tampaknya juga tidak akan mencampuri.

Pimpinan manuver ini, Jenderal William Birdwood memang dengan teliti merancang pelaksanaan evakuasi.

Teluk Suvla dan Ari Burna yang merupakan bridgeheads atau tempat pijakan pokok Sekutu di Gallipoli mulai dikosongkan pada 8 Desember 1915.

Proses evakuasi ini rampung pada 20 Desember, namun masih menyisakan sejumlah pasukan dalam posisi mereka di Cape Helles, ujung selatan semenanjung Gallipoli.

Mereka baru dapat dievakuasi pada 9 Januari 1916. Seluruhnya sekitar 83.000 pasukan berhasil diangkut pergi, ditambah 186 pucuk artileri, 1.700 kendaraan, dan 4.500 ekor hewan pengangkut beban.

Dengan demikian pertempuran di Gallipoli yang semula dipikirkan hanya akan berlangsung singkat, ternyata molor hingga delapan setengah bulan, dan dibayar mahal oleh Inggris dan ANZAC yang kehilangan 205.000 pasukannya yang terluka dan tewas, baik di medan pertempuran maupun akibat berbagai penyakit.

(Baca juga:Kekuatan Udara Turki Paling Besar di Timur Tengah, tapi…)

Korban di pihak Perancis juga tinggi, 47.000 orang. Sedangkan Turki juga mengalami kerugian besar, dengan korban 251 ribu pasukannya yang tewas atau terluka.

Namun mereka berhasil mempertahankan negerinya, bahkan mengusir penyerangnya.

Berkat pengalaman melakukan evakuasi pasukan dan logistiknya dalam jumlah besar inilah ketika pasukan gabungan Inggris dipukul mundur Nazi Jerman di Prancis pada PD II, lalu terpaksa mundur ke Dunkirk untuk kemudian di evakuasi ke Inggris bisa melaksanakan evakuasi secara teratur dan lancar.

Artikel Terkait