Find Us On Social Media :

Misteri Kurdaitcha, Awalnya Nama Sandal kok Tiba-tiba Menjadi Pemburu Orang yang Bersalah

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 14 Juli 2017 | 20:30 WIB

Kurdaitcha, dari nama sandal hingga jadi pemburu orang bersalah

Intisari-Online.com – Di tahun 1953 seorang Aborijin bernama Kinjika diterbangkan dari kota asalnya, Arnhem Land, di wilayah Utara Australia menuju ke sebuah rumah sakit di Darwin, ibu kota wilayah itu.

Dia tidak mengalami cedera atau keracunan, dan tidak menderita penyakit apapun tapi kini dalam keadaan sekarat.

(Baca juga: Dipajang di Kedai Minuman, Potongan Tangan Korban Pembunuhan Ini Berhasil Bertemu dengan Pembunuhnya)

Kinjika hanya bertahan empat hari dan sangat kesakitan setelah masuk rumah sakit. Pada hari kelima, dia meninggal.

la korban dari penunjukkan tulang, sebuah metode eksekusi - atau pembunuhan – yang tidak meninggalkan tanda bekas dan tidak pernah gagal.

Pria yang telah mati itu adalah anggota suku Mailli dan pernah melanggar salah satu aturan hukum mengenai hubungan inses.

Akibatnya, dia harus diadili di depan pengadilan sukunya. Namun dia menolak hadir dan meski absen, akhirnya dia diputuskan untuk dihukum mati.

Kinjika kemudian meninggalkan tanah airnya. Pengadilan sukunya, yakni mulunguwa yang membuat dan secara ritual "mengisi" tulang pembunuh atau kundela itu.

Tulang yang digunakan mungkin tulang manusia, kangguru atau emu atau mungkin dibuat dari kayu. Bentuknya bervariasi dari suku ke suku.

Biasanya berukuran 10 sampai 15 cm yang salah satu ujungnya runcing dan ujung lainnya membulat.

Di ujung satunya terdapat jalinan rambut yang direkatkan melalui sebuah lubang atau lem resin yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan.

Agar efektif, kundela harus dipenuhi dengan energi psikik yang ampuh dalam sebuah upacara rumit yang harus dilakukan tanpa kesalahan.