Find Us On Social Media :

Terima Kasih atas Waktumu

By Ade Sulaeman, Jumat, 14 Juli 2017 | 06:00 WIB

Kotak kuning

Intisari-Online.com – Jono telah jadi pengusaha muda kini. Urusannya banyak, sehingga nyaris tak lagi punya waktu, bahkan sekadar menonton anaknya bertanding futsal.

Sampai suatu ketika, dia mendapat telepon dari ibunya di seberang sana.

"Jon, kamu ingat Pak Kurtubi?" Ibu bertanya.

"Pak Kurtubi?"

"Ya, tetangga kita, pemilik rumah tua. Dia meninggal tadi pagi."

"Ya, aku ingat, Bu. Dia yang sering menemani aku main bola dan membantuku membuat layang-layang saat aku kecil, ‘kan?"

Ibu meminta Jono pulang kampung, menghadiri pemakaman Kurtubi. Meski terhimpit jadwal sangat ketat, Jono terpaksa memenuhi permintaan ibunya.

"Pak Kurtubi tak pernah lupa kamu. Dia menanyakan kabarmu tiap hari."

Jono pun memenuhi janjinya. Sepulang dari pemakaman, Ibu menggiring Jono melihat rumah Kurtubi. Jono terperangah.

Sama sekali tak ada yang berubah. Bangunan maupun isinya. Jono tahu betul karena sejak umur sembilan tahun hingga lulus SD, sejak ayahnya meninggal, ia sering menghabiskan waktu di rumah itu.

"Cuma kotak itu yang enggak ada, Bu," sergah Jono tiba-tiba.

"Sebuah kotak berwarna kuning emas di lemari pajangan. Aku ingat betul, karena setiap kali aku tanya apa isinya, Pak Kurtubi selalu bilang, "Sesuatu yang paling berharga dalam hidupku."