Terima Kasih atas Waktumu

Ade Sulaeman

Penulis

Kotak kuning

Intisari-Online.com – Jono telah jadi pengusaha muda kini. Urusannya banyak, sehingga nyaris tak lagi punya waktu, bahkan sekadar menonton anaknya bertanding futsal.

Sampai suatu ketika, dia mendapat telepon dari ibunya di seberang sana.

"Jon, kamu ingat Pak Kurtubi?" Ibu bertanya.

"Pak Kurtubi?"

"Ya, tetangga kita, pemilik rumah tua. Dia meninggal tadi pagi."

"Ya, aku ingat, Bu. Dia yang sering menemani aku main bola dan membantuku membuat layang-layang saat aku kecil, ‘kan?"

Ibu meminta Jono pulang kampung, menghadiri pemakaman Kurtubi. Meski terhimpit jadwal sangat ketat, Jono terpaksa memenuhi permintaan ibunya.

"Pak Kurtubi tak pernah lupa kamu. Dia menanyakan kabarmu tiap hari."

Jono pun memenuhi janjinya. Sepulang dari pemakaman, Ibu menggiring Jono melihat rumah Kurtubi. Jono terperangah.

Sama sekali tak ada yang berubah. Bangunan maupun isinya. Jono tahu betul karena sejak umur sembilan tahun hingga lulus SD, sejak ayahnya meninggal, ia sering menghabiskan waktu di rumah itu.

"Cuma kotak itu yang enggak ada, Bu," sergah Jono tiba-tiba.

"Sebuah kotak berwarna kuning emas di lemari pajangan. Aku ingat betul, karena setiap kali aku tanya apa isinya, Pak Kurtubi selalu bilang, "Sesuatu yang paling berharga dalam hidupku."

Jono sebal, dia tak sempat tahu, apa yang paling berharga buat kakek teman setianya di masa kecil itu.

Seminggu berlalu. Jono kembali tenggelam dalam kesibukan. Ketika suatu siang, ia menerima kiriman paket dari sebuah nama yang sangat ia kenal: Kurtubi H.S.

Tak sabar Jono membuka isi paket. Ada surat di dalamnya: "Saat kamu menerima paket ini, aku mungkin sudah tak ada. Mohon diterima sebagai persembahan rasa terima kasihku."

Jono melirik benda di samping surat itu, sebuah kotak berwarna kuning emas.

Tak sabar Jono membuka isinya. Hanya sebuah tulisan pendek ternyata: "Terima kasih atas waktumu, yang engkau habiskan bersamaku dulu ...." Jono terperangah.

Itukah hal paling berharga buat Kurtubi? Tak sadar, air mata Jono menetes.

Segera, ia mendapati Santi, sekretarisnya. "Tolong batalkan semua jadwal rapat saya untuk besok. Saya harus nonton anak saya bertanding futsal."

Jono menambahkan, "Terima kasih atas waktu yang kamu sediakan untuk membantu saya selama ini."

(icul – Intisari April 2011)

Artikel Terkait