Anda Bertato? Maaf, Anda Dilarang untuk Masuk Kawasan-kawasan Ini

Agus Surono

Penulis

Mantan bintang sepak bola Inggris, David Beckham, termasuk salah satu ikon tato.

Intisari-Online.com – Tato sekarang ini sudah menjadi bagian gaya hidup beberapa orang. Mereka dengan tanpa malu lagi memamerkan koleksi tatonya ke awam.

Di sisi lain, tato menjadi budaya suatu daerah, seperti di Dayak, Nias, dan Aborigin.

Namun, pikirkanlah sekali lagi untuk menato tubuh jika kita sering bepergian ke Jepang.

Di Jepang, beberapa kawasan melarang orang bertato masuk. Termasuk onsens, pemandian air panas khas Jepang.

Bahkan, seperti yang dilaporkan oleh sebuah survei yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, lebih dari separuh hotel di Jepang tidak akan membiarkan pengunjung dengan tato memasuki area pemandian umum mereka.

(Baca juga: Fakta-fakta Mengejutkan Tentang Bahaya Tato yang Menyeramkan)

Survei yang dilakukan oleh Japan Tourist Agency pada tahun 2015 itu menemukan bahwa 56 persen hotel dan penginapan yang di survei di seluruh negeri tidak mengizinkan orang-orang dengan tato memasuki area pemandian umum.

Studi lain yang dilakukan oleh Japan Tourist Agency pada tahun 2014 menemukan bahwa sepertiga turis asing mengindikasikan onsens adalah salah satu alasan utama mereka untuk berkunjung ke negara tersebut.

Alasan untuk bersikap keras terhadap tato di tempat umum adalah karena, di Jepang, tato dikaitkan dengan yakuza - atau anggota mafia Jepang. Banyak institusi publik melarang orang bertato sebagai cara untuk mencegah meluasnya gangster.

Tapi Dinas Pariwisata Jepang menginginkan perubahan, paling tidak bagi turis mancanegara.

Tahun lalu, instansi pemerintah memohon kepada operator onsen untuk memperhatikan latar belakang budaya para turis non-Jepang yang bertato. Bagi pengunjung Jepang, pelarangan masih bisa berlaku.

(Baca juga: Tato Memang Lagi Tren, Tapi Jangan Membuatnya Sembarangan Jika Tidak Ingin Mengalami Seperti Ini)

Seperti yang dikutip koran Jepang berbahasa Inggris The Japan Times, Shogo Akamichi, pejabat Dinas Pariwisata Jepang yang bertanggung jawab atas promosi pariwisata, berharap perubahan itu tidak mengganggu jumlah wisatawan asing ke Jepang yang sedang meroket.

Bagaimanapun juga onsen merupakan objek wisata yang diminati turis mancanegara.

Pada tahun 2013, terjadi sebuah peristiwa yang menyedot peratian media setelah setelah seorang wanita Maori “diusir” dari sebuah pemandian umum di Hokkaido karena tato tradisi di wajahnya.

Hampir sepertiga (31 persen) hotel dan penginapan di survei 2015 mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak melarang pengunjung bertato dan lebih dari sepersepuluh (13 persen) mengatakan bahwa mereka akan membiarkan para tamu dengan tato pergi ke onsens jika tato mereka disembunyikan.

Artikel Terkait