Penulis
Intisari-Online.com - Pesawat intai (recconnaissance) SR-71 Blackbird walaupun telah lama pensiun merupakan pesawat legendaris bagi USAF dan memiliki kisah tempur yang spektakuler.
Sebagai pesawat intai yang memiliki kemampuan terbang paling cepat lebih dari 3 Mach (lebih dari 3200 km perjam) dan ketinggian terbang hingga 80.000 kaki, SR-71 dikenal pula sebagai pesawat yang belum pernah tertembak jatuh oleh rudal-rudal musuh.
Pasalnya, dalam sejarah penerbangan untuk menjalankan berbagai tugas misi reconnaissance, khususnya di atas udara Uni Soviet (Rusia), Korea Utara, dan Vietnam, SR-71 yang diterbangkan oleh dua awak itu ternyata kerap diserang rudal.
Tapi berkat kecepatan dan ketinggian terbang serta kemampuan manuvernya, pesawat intai yang dikenal dengan julukan Blackbird dan dioperasikan USAF sejak tahun 1966 itu selalu lolos baik dari sergapan rudal darat ke udara (SAM) maupun udara ke udara (AAM).
Upaya menembak jatuh SR-71 pertama kalinya dilakukan oleh pasukan Vietnam Utara ketika sedang berkecamuk Perang Vietnam (1955-1975).
(Baca juga: Gila! Jet Tempur Rusia Pepet Pesawat Intai AS Dalam Jarak 1,5 Meter)
Pasukan Vietnam Utara yang mendapat pasokan rudal SAM dari Uni Soviet berusaha keras menjatuhkan SR-71 yang sedang melakukan terbang pengintaian dengan meluncurkan lusinan rudal.
Tapi hingga Perang Vietnam berakhir tak ada satu pun rudal SAM yang bisa merontokkan SR-71.
Kegagalan pasukan Vietnam Utara untuk menjatuhkan SR-71 menggunakan rudal SAM itu jelas tidak hanya membuat penasaran pasukan Vietnam Utara tapi juga militer Uni Soviet.
Oleh karena itu, Uni Soviet yang pada era Perang Dingin wilayah udaranya selalu menjadi ajang pengintaian bagi SR-71 USAF, juga berusaha keras menembak jatuh Blackbird.
Tujuan Uni Soviet untuk menembak jatuh SR-71 adalah untuk menunjukkan bahwa teknologi militernya lebih unggul dari AS dan sekaligus untuk mempermalukan pemerintah AS secara politis.
(Baca juga: Pesawat Intai Siluman Tercanggih dan Tercepat di Dunia Siap Gentayangan, Indonesia Patut Berhati-hati)
Maka untuk melancarkan misi menyergap SR-71 lalu menembak jatuh, militer Uni Soviet telah menyiapkan dua jet tempur andalannya di era itu, MiG-25 dan juga para pilot pilihan.
Rencana kedua jet tempur MiG-25 menyergap Blackbird adalah menghadang penerbangan SR-71 dari ruang udara Jepang kemudian menghajarnya dengan rudal ketika mulai mendekati ruang udara Uni Soviet.
Untuk menghindari sergapan jet-jet tempur Uni Soviet, dua awak SR-71 biasanya melakukan penerbangan di atas garis pantai Uni Soviet tapi ruang udaranya masih merupakan wilayah udara Jepang.
Dari posisi wilayah udara Jepang itu, kamera-kamera intai Blackbird ternyata bisa memotret daratan Uni Soviet secara leluasa.
Militer Uni Soviet yang sudah tahu akal bulus kedua awak SR-71 akhirnya memutuskan untuk menyergap Blackbird ketika sedang asyik memotret daratan Uni Soviet kendati masih berada di atas wilayah udara Jepang.
Taktik dua MiG-25 untuk menyergap Blackbird lalu menghajarnya dengan rudal AAM adalah satu terbang menghadang tepat di depan dan satunya lagi berada di bawah SR-71.
Pada 6 Desember 1976, dua MiG-25 Uni Soviet berhasil menyergap Blackbird sesuai taktik yang telah diterapkan.
Pada posisi dan manuver tempur yang telah ditentukan, satu MiG-25 dan satu MiG-25 lainnya berada di bawah SR-71, rudal-rudal AAM pun dilepaskan.
Tapi berkat kecepatan terbang SR-71 yang tiga kali kecepatan suara, dengan mudah Blackbird melakukan manuver menghindari sergapan rudal dan menghilang di ketinggian di balik awan.
Kedua MiG-25 berusaha mengejar tapi gagal karena kalah cepat dan tidak mampu mencapai ketinggian 80.000 kaki.
Menurut para pakar teknologi militer AS, SR-71 memang bukan tandingan MiG-25 yang rudal AAM dan sistem komputer persenjataannya dilukiskan ‘’masih primitif’’.
Apalagi rudal-rudal AAM Uni Soviet hanya bisa menjangkau sasaran secara terbatas (30.000 kaki) dan tidak mampu mengimbangi kecepatan SR-71 yang terbang di batas cakrawala itu.
Menurut salah satu pilot SR-71, Kolonel Richard H Graham, yang sudah sering menghadapi sergapan rudal, pada ketinggian 75.000 kaki, rudal-rudal AAM akan mengalami penurunan kecepatan dan manuver karena pengaruh oksigen yang makin menipis.
Meskipun militer Vietnam Utara dan Uni Soviet sudah terbukti gagal menembak jatuh SR-71, ketika Blackbird kerap terbang reconnaissance di atas perbatasan ruang udara Korea Utara dan Korea Selatan, negara komunis yang dikenal nekat dan tidak peduli itu juga berusaha keras menembak jatuh SR-71.
Pada 26 Agustus 1981 ketika terbang di atas zona demiliterisasi (DMZ), SR-71 diserang oleh sejumlah rudal SAM yang diluncurkan militer Korea Utara.
Tapi berkat kecepatan terbang dan ketrampilan manuver pilot Blackbird, tak satu pun rudal SAM yang berhasil menghantam sasaran.
Namun peluncuran rudal-rudal SAM di tahun itu telah mengakibatkan ketegangan politik dan militer antara AS, Korea Selatan, Korea Utara, dan Uni Soviet sehingga nyaris pecah Perang Korea yang kedua.
Hingga memasuki masa pensiun pada tahun 1998, memang tidak ada satu pun SR-71 yang berhasil dirontokkan oleh rudal-rudal musuh.
Ini menjadi kebanggan tersendiri bagi USAF karena pesawat intai generasi sebelumnya, U-2 Dragon Lady pada bulan Mei 1960 pernah ditembak jatuh oleh Uni Soviet.
Oleh karena itu setelah SR-71 pensiun, akan digantikan oleh generasi berikut yang lebih canggih dan memiliki kecepatan hipersonik dan berteknologi stealth, SR-72.
Dari tahun 1964 hingga 1998 SR-71 diproduksi sebanyak 32 unit. Kendati belum pernah ada yang tertembak jatuh oleh rudal musuh, sebanyak 12 SR-71 jatuh karena kecelakaan dalam latihan terbang atau dalam sejumlah misi untuk kepentingan militer.