Meskipun Berkaki Palsu, Pilot Uni Soviet Ini Sukses Merontokkan Puluhan Pesawat Tempur Nazi, Meski Demikian Ia Menolak Disebut Pahlawan

Moh Habib Asyhad

Penulis

Alexsey Petrovich Mereseyev

Intisari-Online.com -Kepahlawan seorang pilot tempur yang berlaga dalam pertempuran udara (dogfight) adalah ketika ia berhasil pulang dengan kondisi hidup dan bercerita tentang kisah merontokkan pesawat musuh.

Kisah kepahlawanannya akan menjadi makin menarik ketika dirinya pernah terluka berat dan pesawatnya tertembak jatuh.

Tapi ia mampu bangkit lagi untuk bertarung di udara guna meraih kemenangan.

(Baca juga:Willy Coppens, Pilot Jagoan Pembasmi Balon Udara Pada Perang Dunia I)

Dalam Perang Dunia II di front Eropa Timur khususnya Uni Soviet (sekarang Rusia) pilot-pilot tempur Angkatan Udara Nazi Jerman (Lutfwaffe) dikenal sangat berjaya dan banyak merontokkan pesawat musuh.

Tapi berkat perlawanan gigih dari para pilot tempur Uni Soviet yang bertarung secara habis-habisan banyak juga pesawat tempur Luftwaffe yang berhasil dirontokkan.

Salah satu pilot tempur Rusia yang berhasil menjatuhkan puluhan pesawat Luftwaffe bahkan hanya memiliki dua kaki palsu, Alexsey Petrovich Mereseyev.

Sejak kecil Alexsey yang lahir pada tahun 1916 di kota kecil yang padat dan terletak di pinggir Sungai Volga, Kamyshin, Uni Soviet, memang sudah bercita-cita ingin jadi seorang pilot.

Tapi karena dari kecil sering sakit-sakitan dan menurut dokter karena kelamaan tinggal di pemukiman yang padat, masalah kesehatan Elexsey menjadikan ganjalan untuk menjadi seorang pilot.

Kebetulan dalam usia remaja yang sedang dijalani Alexsey dan lebih banyak menghabiskan waktu menonton pentas teater dan opera, pemerintah Rusia sedang membuka pendaftaran bagi pemuda-pemuda yang pemberani untuk bergabung dengan kegiatan penerbangan dan terjun payung amatir.

Alexsey pun kemudian turut bergabung dalam kegiatan menerbangkan pesawar jenis Polikarpov UTI-4 dan dikenal sebagai penerbang yang berbakat.

Berkat kemampuan menerbangkan pesawat latih yang makin handal itu, Alexsey pun bermaksud bergabung dengan militer agar bisa menjadi pilot tempur yang bisa menjatuhkan pesawat musuh.

Cita-cita Alexsey untuk menjadi pilot tempur setelah melalui perjuangan yang cukup berat akhirnya terkabul dan kemudian dikirim ke medan tempur.

Meskipun bertempur dengan segala keterbatasan, Elexsey selama musim semi tahun 1942 berhasil menembak jatuh empat pesawat Luftwaffe.

Tapi pada 4 April, nasih nahas seperti yang dialami ribuan sejawatnya sesama pilot menimpanya juga.

Pesawat Elexsey yang sedang melaksanakan misi terbang tempur, berhasil disergap Bf-109 Luftwaffe dan meluncur jatuh menuju hutan pinus lebat yang membentang di bawahnya.

Beruntung Elexsey tidak tewas ketika pesawatnya jatuh di hutan yang sedang dilanda musim dingin dan berlapis salju tebal di atas tanahnya.

Meskipun kedua kakinya terluka parah, Elexsey berusaha keras menyelamatkan diri sambil berjalan merangkak menuju posisi pasukan kawan.

Warga desa yang kemudian berusaha menolong Elexsey yang terluka parah di kedua kakinya berusaha keras merawatnya sampai tim medis pasukan Rusia berhasil mengevakuasinya.

Tapi karena luka di kedua kaki Elexsey telah mengalami pembekuan parah (frostbite) dokter memutuskan mengamputasi kedua kakinya.

Elexsey hanya bisa pasrah dan kemudian berusaha memulihkan diri serta latihan jalan menggunakan kaki palsu.

Setelah lancar menggunakan kedua kaki palsunya dan bisa menerbangkan pesawat ia ternyata memutuskan diri untuk bertempur di udara lagi.

Pada tahun 1943, Alexsey bahkan menjadi komandan skuadron dan dalam salah satu misi tempurnya ia berhasil menembak jatuh tiga pesawat Luftwaffe.

Hingga PD II berakhir, Elexsey yang telah melaksanakan 86 combat mission berhasil menembak jatuh sebelas pesawat tempur Luftwaffe dan mendapat gelar sebagai Pahlawan Perang Rusia.

Usai PD II, kisah heroik spektakuler Elexsey dikisahkan dalam buku bertajuk The Tale of a Real Man yang ditulis oleh penulis kenamaan Rusia Boris Polevoi. Buku yang menjadi best seller itu kemudian difilmkan dan ditampilkan dalam opera yang digarap oleh komposer Sergei Prokofiev.

Namun, Alexsey menolak untuk menerima sejumlah penghargaan yang dihasilkan dari kepopuleran namanya baik dalam film maupun operaitu.

“Saya hanyalah seorang pria. Bukan seorang pahlawan. Tak ada yang luar bisa dengan apa yang telah saya lakukan. Fakta bahwa saya telah dianggap pahlawan yang legendaris sebenarnya telah membuat saya prihatin,” komentar Elexsey.

Untuk membaktikan hidupnya sebagai veteran yang mengalami cacat perang, Elexsey kemudian bergabung dengan Parlemen Rusia dan berperan untuk memberi advokasi dan hak-hak dasar kepada para penyandang cacat (disable) akibat perang di Rusia.

(Baca juga:Kisah Pejuang Afghanistan Mengalahkan Pasukan Uni Soviet Mengunakan Rudal Panggul)

Ia juga tetap aktif bermain di pentas teater hingga usia 85 tahun. Elexsey meninggal 20 menit sebelum pentas teater yang dibintanginya dimulai dan dikenal sebagai tokoh yang peduli pada hak-hak asasi manusia.

Tidak hanya itu, dia juga sekaligus dikenal sebagai pahlawan legendaris Rusia yang telah bertarung habis-habisan di udara menggunakan kedua kaki palsunya.

Tetap hidup dan pulang untuk menceritakan kisah tempurnya yang spektakuler dengan penuh kebanggaan.

Artikel Terkait