Sebelum Gugur Saat Mencari JT 610, Syachrul Anto Kirimkan Pesan Terakhir Tentang Takdir pada Sang Istri

Masrurroh Ummu Kulsum

Penulis

Seperti ini pesan terakhir yang dikirimkan oleh Syachrul Anto penyelam pencari JT 610 yang gugur Sabtu (3/11/2018) pada istrinya.

Intisari-Online.com – Syachrul Anto (48), penyelam sipil yang membantu Badan SAR Nasional ( Basarnas) mencari pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610, kini telah gugur.

Jenazah Syachrul dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Bendul Merisi, Surabaya.

Jaraknya lebih kurang 100 meter dari rumah duka yang beralamat di Jalan Bendul Merisi Gang VIII, Nomor 41, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Sabtu (3/11/2018).

Di rumah duka itulah, sang istri, Lyan Kurniawati (39) bercerita tentang Syachrul yang sempat bertukar kabar saat suaminya sudah berada di Jakarta, untuk membantu mengevakuasi pencarian Lion Air JT 610.

Baca Juga : Seorang Penyelam Meninggal Saat Proses Pencarian Bangkai Lion Air JT 610

Menurut Lyan, pada Kamis (1/11/2018) lalu, tepatnya pukul 00.32 WIB, sang suami mengirim pesan melalui aplikasi WhatsApp.

Di kontak poselnya, nomor sang suami dinamai Ayah Syachrul Anto.

Pesan melalui WhatsApp yang dikirimkan di hari itu merupakan kabar terakhir kepada Lyan. "Sebelum (Syachrul) menyelam, obrolan kami biasa (sekadar bertukar kabar).

Tapi ada pesan yang memiliki makna, saya baru sadar," kata Lyan.

Pesan yang dimaksud Lyan adalah kata-kata panjang yang lebih mirip seperti puisi atau prosa.

Pesan itu seakan mengisyaratkan sebuah peringatan dan takdir atas musibah jatuhnya Lion Air JT 610.

"Dia juga menceritakan perasaannya melihat banyaknya korban jiwa. Kematian itu sudah dituliskan dan kita hanya menjemput," imbuh Lyan.

Berikut ini isi pesan yang diterima Lyan dari suaminya melalui pesan WhatsApp:

Baca Juga : Minum Air Lemon Setiap Hari, Inilah 10 Manfaat Luar Biasa yang akan Anda Terima

TAKDIR

Pagi itu. Satu demi satu penumpang mendekat ke pintu keberangkatan di Soekarno Hatta.

Petugas check in menyambut mereka dengan senyum.

Sekitar 180 penumpang mendekati takdirnya.

Ada yang tertinggal karena macet di jalan, ada yang pindah ke pesawat yang lebih awal karena ingin cepat sampai dan ada juga yang batal karena ada urusan lain yang tiba tiba.

Tak ada yang tetukar.

Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah. Mereka di takdirkan dalam suatu janjian berjamaah. Takdirnya seperti itu, tanpa dibedakan usia. Proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan lion hari ini, hanya sebuah proses jalan untuk pulang, menjumpai takdir yang tertulis di Lahul Mahfuz. Sebuah catatan yang tak pernah kita lihat, tapi kita jumpai.

Takdir sangatlah rapih tersusun, kehendak Allah tak terjangkau dengan akal manusia...

Allahuakbar...

Lalu kapan giliran kita pergi? Hanya Allah yang tau.

Kesadaran iman kita berkata. Bersiap setiap saat, kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Mari kita benahi kataqwaan kita untuk bekal pulang ke kampung abadi.

Hanya itulah jalan terbaik.

Suratan manusia adalah dibumi dikembalikan...

Semoga diakhir nafas kita, dengan La Ilahaillallah-Chusnul khotimah Aamiin

KN SAR 231 Sadewa @ Tj Kawarang #JT610 (Ghinan Salman)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebelum Gugur, Penyelam JT 610 Kirim Pesan Ini untuk Istri"

Artikel Terkait