Penulis
Intisari-Online.com -Meninggalnya aktris Julia Perez alias Jupe, Sabtu (10/6/2017) tak hanya membawa kabar duka bagi masyarakat Indonesia, namun juga membawa peringatan tentang bahaya penyakit kanker serviks yang sudah cukup lama diderita Jupe.
(Baca juga: BREAKING NEWS: Julia Perez Meninggal Dunia)
Salah satu pertanyaan yang muncul terkait penyakit ini tentu saja terkait dengan pencegahannya.
Salah satu cara mencegah kanker serviks yang umum dipaparkan adalah melalui vaksinasi.
Vaksinasi human papilloma virus (HPV) memang diyakini dapat melindungi perempuan dari penyakit kanker serviksyang umumnya ditularkan melalui hubungan seks.
Namun sebuah studi baru menemukan, melakukan vaksinasi tidak lantas meningkatkan kemungkinan perempuan melakukan seks berisiko.
Dari hasil ini, para peneliti berharap ketakutan orangtua untuk mengizinkan anak gadisnya melakukan vaksinasi HPV akan berkurang. Sehingga lebih banyak lagi gadis yang mendapat vaksinasi.
(Baca juga: Cegah Kanker Serviks Seperti yang Diderita Jupe dengan IVA Test)"Kekhawatiran orangtua berperan besar pada rendahnya laju vaksinasi HPV pada remaja putri. Tidak adanya izin dari orangtua menyulitkan tenaga kesehatan untuk memberikan vaksinasi," ujar peneliti studi Jessica Kahn, pakar kesehatan remaja di Cincinnati Children's Hospital Medical Center. Menurutnya, orangtua lebih khawatir terhadap perilaku seks berisiko anaknya akibat vaksinasi HPV, daripada menerima fakta bahwa vaksinasi dapat melindungi anak mereka dari virus. HPV diketahui sebagai penyebab 70 persen kanker serviks dan hampir setengah dari seluruh kasus kanker mulut, tenggorokan, dan esofagus. Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Pediatrics ini, Kahn dan timnya melakukan survei terhadap 300 remaja puteri yang berusia 13-21 tahun saat mereka menerima suntikan vaksinasi HPV yang pertama. Peneliti menanyakan, pengalaman seksual remaja puteri dan keharusan melakukan seks yang aman. Mereka juga menanyakan kekhawatiran mereka akan infeksi menular seksual lain daripada HPV setelah menjalani vaksinasi. Kemudian, peneliti juga menanyakan pertanyaan yang sama dua dan enam bulan berikutnya untuk melihat jika ada perubahan jawaban dari peserta. Kahn dan timnya juga menanyakan bagaimana proteksi yang diperoleh dari vaksinasi memicu peserta untuk melakukan seks berisiko. Hasilnya, peneliti tidak menemukan perubahan dari jawaban peserta. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa vaksinasi HPV tidak memicu para gadis untuk melakukan seks berisiko. Secara keseluruhan, 58 persen gadis melaporkan pernah melakukan aktivitas seksual saat studi dimulai, 42 persen sisanya belum pernah. Hasil itu secara umum tergantung pada usia peserta, semakin tua maka semakin banyak yang melaporkan pernah melakukan aktivitas seksual. Dari 99 gadis yang belum pernah melakukan aktivitas seksual sejak studi dimulai, 20 persennya mengaku melakukan aktivitas seksual dalam enam bulan kemudian. Kendati demikian, peneliti menemukan kebanyakan dari mereka menggunakan kondom saat berhubungan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," pungkas Kahn.
(Mohammad Takdir)