Pak Harto: Masuk KNIL saat Hidup Susah dan Luntang-lantung saat akan Masuk Peta

Ade Sulaeman

Penulis

Pak Harto dalam Perang Kemerdekaan

Intisari-Online.com - Sebenarnya tidak ada yang mengherankan jika mendiang Presiden RI Jenderal Besar (Purn) TNI HM Soeharto dikenal juga sebagai seorang tentara yang jago bertempur dan berstrategi perang.

Untuk mengatasi hidupnya di masa muda yang penuh kesulitan, Pak Harto yang susah cari pekerjaaan kemudian coba-coba mendaftar ke satuan militer Belanda, Koninkijk Nederland Indische Leger (KNIL).

Satuan KNIL ini merupakan tentara bentukan Belanda yang anggotanya adalah putera-putera pribumi dan bertugas membantu Belanda baik dalam peperangan maupun tugas-tugas pengamanan lainnya.

KNIL bisa dikatakan sebagai pasukan legiun asingnya Belanda dan setaraf dengan pasukan Legiun Asing Perancis.

Sebagai anggota KNIL, Pak Harto jelas telah mendapatkan pendidikan militer yang keras, menguasai bahasa Belanda secara lumayan, dan terpelihara stamina fisiknya.

Ketika pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia, KNIL otomatis bubar dan Pak Harto pun kembali hidup lontang-lantung sambil menyembunyikan status dirinya sebagai mantan anggota KNIL.

(Baca juga: Sandyakalaning Cendana, Saat Soeharto Ditinggalkan Semua Orang Kepercayaan)

(Baca juga: Meski Tampan dan Rupawan, Nyatanya Pak Harto Tak Jago-jago Amat dalam Urusan Asmara)

Pak Harto kemudian mendaftar sebagai petugas polisi Jepang dan diterima. Tentu saja sambil menyembunyikan latar belakang dirinya yang pernah menjadi anggota KNIL.

Karena memiliki prestasi dan kinerja yang bagus, Pak Harto pun ditarik menjadi anggota pasukan Pembela Tanah Air (Peta) bentukan Jepang.

Salah satu tugas utama Peta adalah bertempur membantu Jepang jika pasukan Sekutu menyerang Indonesia.

Oleh karena itu anggota Peta dilatih sangat keras baik dalam teknik maupun strategi tempur dan tentu saja paham bahasa Jepang serta politik internasional secara lumayan.

Ketika Pak Harto terlibat dalam Perang Kemerdekaan melawan pasukan Belanda pada agresi yang kedua (1948), ia telah tercetak sebagai pasukan tempur yang matang.

Kemampuannya diperoleh berkat gemblengan dirinya saat jadi anggota Peta dan KNIL.

Karier militer Pak Harto yang kemudian sebagai anggota TNI juga makin mengasah kemampuannya dalam soal strategi tempur dan juga strategi dalam hidup.

Sejumlah jabatan penting dalam tubuh TNI pun berhasil diraih oleh Pak Harto berkat naluri dan strategi kemiliteran yang dimiliki.

Kombinasi strategi militer dan pemahaman politik internasional yang dibentuk sejak menjadi anggota KNIL dan Peta akhirnya mengantarkan Pak Harto untuk menjadi Presiden RI kedua selama lebih dari 30 tahun.

Artikel Terkait