Penulis
Intisari-Online.com -NATO menggelar latihan militer terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin pada hari Kamis (25/10) di Norwegia.
Jerman mengirim kontingen militer terbesar kedua, dalam rangka mempersiapkan diri untuk memimpin pasukan gerak cepat NATO.
Latihan perang "Trident Juncture" melibatkan sekitar 50.000 pasukan, 10.000 kendaraan, 250 pesawat dan 65 kapal perang dari semua 29 anggota aliansi, ditambah Swedia dan Finlandia.
Manuver ini berlangsung selama dua minggu di ruang udara dan laut di seluruh di Norwegia.
Baca Juga : Kisah Christopher McCandless Sumbangkan Ratusan Juta untuk Amal, Tinggal 113 Hari di Bus Lalu Mati Kelaparan
Tujuan dari latihan ini adalah untuk menguji dan melatih "Very High Readiness Joint Task Force" (VHRJTF) NATO, yang nantinya akan berada di bawah komando Jerman.
Pasukan gabungan gerak cepat ini dirancang untuk mempelopori pertahanan negara anggota aliansi yang menghadapi serangan dari luar.
VHRJTF NATO dirancang aliansi pertahanan Atlantik Utara itu pada tahun 2014 setelah aneksasi Rusia di Semenanjung Krimea.
Baca Juga : Membawa Usus Ayam ke Rumah Pria Ini Digerebek Polisi, Ternyata Ada yang Tidak Beres di Usus Ayam Tersebut
Rusia protes latihan gabungan NATO
Rusia, yang berbatasan dengan Norwegia, diundang NATO untuk memantau latihan perang itu. Namun Kementerian Pertahanan Rusia mengecam manuver besar-besaran itu.
"Aktivitas militer NATO dekat perbatasan kami telah mencapai tingkat tertinggi sejak masa Perang Dingin," kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu hari Rabu (24/10).
Baca Juga : Bukan Hanya Saaih Halilintar, Deretan Pesohor Ini Juga 'Kegep' Pakai Jam Tangan Richard Mille Palsu
Dia menambahkan, Trident Juncture adalah "simulasi tindakan militer ofensif."
Wakil pemimpin Partai Kiri- "Die Linke" di parlemen Jerman, Dietmar Bartsch, mengeritik latihan gabungan itu sebagai "menggelikan, berbahaya, dan provokatif terhadap Rusia."
"Ada ancaman perang yang lebih besar. Presiden AS mengancam lomba persenjataan nuklir terhadap Rusia dan Cina serta membatalkan perjanjian perlucutan senjata nuklir," kata Dietmar Bartsch kepada harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung.
Baca Juga : Begitu Dengar Pasukan Gurkha Mau Turun Perang, Tentara Argentina Lari Terbirit-birit
Menguji kesiapan menghadapi agresor
Dalam Trident Juncture, skenarionay adalah: pasukan aliansi akan menguji kesiapan mereka untuk merebut dan mengembalikan kedaulatan Norwegia setelah diserang oleh "agresor fiktif."
Militer Jerman Bundeswehr berpartisipasi dalam manuver dengan sekitar 10.000 tentara dan 4.000 kendaraan.
Selain itu, Bundeswehr mengerahkan pesawat tempur Tornado dan Eurofighter dan tiga kapal perang.
Awal 2019, Jerman akan mengambil alih komando VHRJTF NATO selama setahun.
Baca Juga : Pangeran Harry 'Marah' karena Meghan Markle Diberi Buket Bunga Besar oleh Seorang Pria