Find Us On Social Media :

Soal Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Ini Pendapat Jokowi dan Mahathir

By Tatik Ariyani, Rabu, 24 Oktober 2018 | 14:00 WIB

Intisari-Online.com - Pada 2 Oktober, jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi (59) dinyatakan hilang setelah memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, guna mengurus dokumen untuk pernikahannya.

Beberapa hari kemudian, seorang sumber pemerintah Turki mengatakan dia dibunuh oleh kelompok yang sengaja dikirim ke Turki.

Pada 17 Oktober, sebuah surat kabar Turki mengatakan Khashoggi disiksa dan dipenggal kepalanya di dalam konsulat.

Setelah lebih dari dua minggu diam, Saudi akhirnya meyakini bahwa Khashoggi terbunuh di dalam pertengkaran di dalam konsulat.

Baca Juga : Jamal Khashoggi Dilenyapkan dengan Zat Asam Setelah Dimutilasi, Ini Dampak Mengerikan Zat Tersebut pada Tubuh Manusia

Penjelasan tersebut tentu ditolak oleh teman Khashoggi dan banyak pihak karena beberapa bukti justru menguatkan anggapan bahwa pembunuhan Khashoggi direncanakan.

Seperti halnya negara lain, Malaysia dan Indonesia secara terang-terangan juga mengecam pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

Menyebut pembunuhan itu sebagai tindakan 'kekejaman ekstrem', Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan kematian itu tidak dapat diterima.

Malaysia juga tidak mendukung pembunuhan para kritikus pemerintah.

Baca Juga : Inilah Wujud Buah Dimakan Bapak Mati Tidak Dimakan Ibu Mati

Mahathir mengatakan dalam sebuah forum di Kuala Lumpur pada hari Senin (22/10), "Kami juga memiliki orang-orang yang tidak kami sukai, tetapi kami tidak membunuh mereka."

"Untungnya, terakhir kali saya juga adalah salah satu dari orang-orang yang tidak disukai. Namun, jika kita memiliki sistem sepert orang Arab, mungkin kita juga tidak akan dapat bicara hari ini," tambahnya.

Mahathir juga mengatakan Malaysia 'beruntung' tidak memiliki praktik seperti itu.

Pernyataan Mahathir tersebut datang di tengah seruan Jokowi untuk penyelidikan transparan dan menyeluruh atas kematian Khashoggi.

Baca Juga : Tragisnya Nasib Perempuan Ini, Ia Diculik, Diperkosa, Lalu Disekap dalam Peti Mati Selama 7 Tahun

Indonesia mempertahankan hubungan dekat dengan Arab Saudi.

Indonesia juga menyatakan keprihatinan atas pembunuhan di Konsulat Saudi di Istanbul, yang awalnya Saudi mengelaknya selama berminggu-minggu.

Pembunuhan Khashoggi telah mengundang kecaman internasional.

Hal ini mendorong kerajaan Saudi menggambarkan kematian Khashoggi sebagai kesalahan besar.

Baca Juga : Dituduh jadi Dalang Pembunuhan, Pangeran Arab Saudi Temui Keluarga Jamal Khashoggi Bersama Raja Sekaligus Ayahnya

Saudi juga menambahkan bahwa putra mahkota Mohammed bin Salman tidak mengetahui kasus ini.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kepada wartwan setelah pertemuan Jokowi dengan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, "Indonesia berharap penyelidikan yang dilakukan transparan dan menyeluruh."

Retno bertemu Al-Jubeir di istana presiden di Jakarta untuk membahas beberapa topik, termasuk Khashoggi.

Retno mengatakan al-Jubeir telah menyampaikan 'pernyataan dan penjelasan' kepada Jokowi tentang kasus ini, tetapi Retno menolak untuk menjelaskan.

Retno dijadwalkan bertemu dengan al-Jubeir di Jakarta pada hari Selasa (23/10).

Pada tahun 2017, Raja Salman menjadi raja Saudi pertama yang mengunjungi Asia Tenggara setelah hampir lima dasawarsa.

Pada kunjungan kali itu, dia menandatangani sejumlah pakta kerjasama.

Pada hari Selasa, Presiden Turk Recep Tayyip Erdogan diharapkan mengungkapkan kebenaran utuh mengenai pembunuhan Khashoggi, sebuah pembunuhan yang dikatakan Turki sebagai pembunuhan berencana yang kejam.

Pidato Erdogan muncul ketika Donald Trump mengatakan dia 'tidak puas' dengan penjelasan Saudi mengenai kasus yang diduga melibatkan Pangeran Mahkota Saudi.

Baca Juga : 4 Aplikasi Ini akan Mempermudah Urusan Kita, dari Pesan Tempat Karaoke hingga Cari Toilet Bersih